Kini manusia telah sampai pada setiap pertanyaan yang ingin dijawab sendiri. Disana banyak cara hidup manusia lainnya yang seakan membingungkan pikiran. Sekiranya apa yang mereka cari dalam gairah hidup yang terkadang membeku ini.
Segudang renungan dibalik tanya. Tentang kesemuan hidup yang selalu saja menjadi bahan renungan. Berlari pada jalan yang bersebrangan seperti merupakan tantangan bagi setiap yang hidup tidak terkeculi manusia.
"Tidak lain, manusia itu sebenarnya hanya dihadapkan pada pemikirannya sendiri. Bagaimana ia telah benar dalam menjalani hidup yang sesuai menurut alam pikirannya. Itulah kehidupan yang baik dan benar menurut sudut pandangnya sendiri"
Tetapi dengan dampak dan konsekwensi, sepertinya yang logis adalah milik mereka yang mampu mendayagunakan sebagai sebuah pertumbuhan diri dalam kehidupan. Karena sepertinya, apa konsep berpikir tentang kehidupannya itu adalah permasalahan yang harus diselsaikan sendiri.
Maka memandang abad ke-21. Abad dimana manusia telah memodifikasi dirinya dengan berbagai pengetahuan akan teknologi yang seimbang, media-media yang semakin berjamur untuk kebutuhan baru eksistensi mereka, dan tawaran-tawaran akan keglamoran hidup sebagai hedonisme yang terkesan menjadi wajah moderitas baru dalam hidup.
Ini memang akan menjadi sebuah catatan penting, dimana pengaruh dan saling mempengaruhi satu sama lain merupakan isi dari setiap konten kehidupan manusia di abad ke-21.Â
Untuk itu, mungkinkah kehidupan yang memang telah bertrasnformasi menjadi sebuah kesemuan yang indah ini. Kemudian dibentuk dengan ramuan-ramuan akan komuditas yang dinamakan modern seperti barang, keglamoran, dan eksistensi yang dapat dijual manusia akan menjadi sebuah tunutunan yang nyata harus diwujudkan?
Terkesan memandang hidup kini, memanglah agak absurd. Sebab tawaran akan suatu bentuk hidup selalu saja mengundang sisi-sisi paradox hidup itu sendiri.Â
Saya memang tidak ingin menjauh dari apa yang menjadi dasar-dasar kegelisahan saya sebagai makluk hidup yang berpikir dan juga tidak akan pernah menyalahkan suatu fenomena sebagai bentuk-bentuk baru kehidupan itu yang akan terus berubah sesuai dengan wajah jamannya.
Namun berbagai pertanyaan-pertanyaan harus dijawab sebagai mana dasar dari fenomena itu. Dapat dijadikan sebuah rujukan bahwa; "kebenaran selalu hadir menurut persepsinya sendiri dan manusia itu membawa rupa dari persepinya akan kehidupannya".
Menjadi fenomena penting, dimana ada pertanyaan manusia yang bersebrangan dalam mempertanyakan hidupnya dan juga apa yang dilihatnya sebagai suatu yang berbeda.Â
Bentuk hidup yang berbeda diabad ini, menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas seperti halnya panggung-panggung hiburan, panggung keglamoran media, dan gaya hidup yang mencandu merupakan titik balik dari wajah jaman itu, dibalik titik perbedaan minat yang semakin berjurang menunjukan identitas manusia kekinian.
Saat ini mungkin banyak manusia yang heran dengan pertanyaan, mengapa fisik manusia seakan menjadi barang dagangan yang dapat diperjual belikan oleh jamannya sendiri?Â
Dan pertanyaan akan fenomena berjualan fisik itu banyak dipertanyakan dalam sebuah wadah perspektif hiburan yang glamor seperti menjamurnya tempat karoke, diskotik, maupun tempat hiburan yang seksi sebagai bahan berjualan moment-moment indah dimedia social mereka dengan dekorasi yang menarik dan modern pada jamannya.
Dan mungkinkah semua itu adalah kemenarikan jaman? Ataukah bentuk dari setiap perubahan hidup adalah rupa menjadikan yang tadinya biasa menjadi sebuah hal yang diluar kebiasaan sebelumnya?Â
Mengapa semua itu dapat terjadi, tentu menjadi suatu penalaran yang penting dalam menjabarkannya secara pandangan intelektual manusia juga yang berkembang pada jamannya.
Bagaimana mekanisme dari sebuah kejadian itu yang kini sebagai sebuah gaya hidup populer antara kemelekatan hiburan, hedonism, dan uang.Â
Tak ubahnya saat ini manusia telah semakin eksis membawa identitasnya sendiri menurut apa kebutuhannya, apa yang benar sebagai perpesktif gaya hidup dirinya, dan tentu apa yang dapat membahagiaakan hidupnya sebagai manusia merupakan hal yang terbuka dapat dikejar mereka sebagai tujuan dari hidup yang dipandang hanya sekali.
Untuk itu seharunya tidak heran bagaimana saat ini manusia itu semakin bersaing menjadi pusat perhatian. Tidak lebih mereka ingin eksis sebagai manusia dengan rupa kekinian yang semakin terbuka dan lebar mengembangkan sayapnya dimedia social untuk dikenal tidak hanya berkutat lagi pada kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, tidur dan seks secara sederhana meski modifikasi jaman telah merubah prespektif manusia semakin luas, kebutuhan manusia tersebut hanya berkutat pada makan, minum, tidur dan seks saja.
Jangan heran bila kebutuhan akan makan atau minum manusia saat ini harus dengan konteks yang diluar kesederhanaan dengan memanfaatkan tempat-tempat yang indah sebagai sarana makan dan minum seperti tempat nongkorong kekinian yang ramah sebagai konten media social atau makan dan minum dengan merk yang populer sebagai pembeda dari kebiasaan sederhana.
Begitu juga dengan kebutuhan tidur sebagai sebuah kepuasan yang dapat dibarengi dengan seks didalamnya. Kini tempat hunian yang inklusif dengan pariwisata semakin menjamur.Â
Disisi lain dengan hiburan yang bernuansa esek-esek sebagai nilai kepuasan seks manusia, itu juga telah berkembang sangat pesat seperti banyaknya dibangun tempat hiburan malam seperti karaoke dengan pemadu lagu ataupun diskotik dengan menjual nilai hiburan bertemakan kepuasan hasrat seksual.Â
Semua keberadaan itu tidak dipungkiri adalah fenomena yang tidak dapat manusia abad ke-21 ini tampik sebagai sebuah tranformasi kebudayaan yang baru tentang bagaimana memenuhi kebutuhan dasar itu.
Hanya akan menjadi pertanyaan yang salah ketika mempertanyakan nilai fisik manusia saat ini dijual sebagai komuditas kepuasan seksual dan hiburan yang semakin menjamur keberadaannya melalui tempat hiburan yang popular. Karena semua kembali pada nilai-nilai kebutuhan dasar itu. Semua manusia kembali "tetap" memenuhi kebutuhan dasar mereka.Â
Seberapa kedalam perspektif tentang kehidupan, itulah cara mereka dalam memperjuangkan hidupnya meski cara memenuhi kebutuhan hidup itu harus menjual aspek-aspek privat yang mereka punyai.
Maka kembali pada pertanyaan hidup itu yang hanya akan menjebak manusia pada aspek kesemuaannya sendiri yang hidup di adab ke-21 ini bahwa; tentang pandangan hidup yang berbeda sebagai sebuah jalan mengisi hidup manusia itu pada dasarnya sama.Â
Tentu hanya konteks jamannya saja berbeda serta kapasitas dari jiwa yang tergambar pada mental dan pemikiran itulah yang membedakan cara pandang dari hidup manusia sendiri dalam membuat suatu persepktif kehidupannya yang dibangun oleh dirinya sendiri.
Bukankah segala macam makanan yang bervariasi, juga dengan bagaimana minuman itu juga beragam ataupun dengan kehendak akan kepuasan akan hasrat seksual itu sudah menjadi gambaran mengisi kehidupan itu sendiri dimasa lampau mengisi kehidupan manusia?Â
Hanya saja dalam melihat fenomena, masing-masing dari kita "manusia" tidak akan pernah sama, setiap manusia memiliki standat hidup tersendiri dalam membawa hidupnya, bagaimana mereka membangun eksistensi dirinya adalah tanggung jawab mental dan jalan pikirannya menanggapi kehidupannya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H