ilustrasi:Pixabay.com
Sejak saat itu, ketika lapangan kehidupan begitu luas dan diri manusia begitu sempit. Sadar atau tidak kita memang harus bersaing menemukan jalan bagi hidup kita sendiri.
Tentu jalan itu adalah "jalan" bagaimana kita akan berpijak nantinya mengakomodasi hidup kita. Dimana kita akan bertempat selanjutnya kelak ketika dewasa, dan sewajarnya sudah tidak harus menumpang orang tua kemudian bertransformasi menjadi orang tua. Juga bagaimana kita akan berusaha menuntut pengetahuan sebagai bekal hidup selanjutnya.
Itulah yang seharusnya menjadi sesuatu, sebelumnya sudah kita konsep kedepannya mengidentifikasi diri antara yang realitas dari diri berserta keadaan eksistensi kita sendiri untuk dapat dimaksimalkan perjuangannya.
Sebab dasar dari kebenaran hidup manusia yang utama adalah pengetahuan, kesabaran, cinta, keadilan dan pengabdian. Namun disamping itu "hidup" manusia juga harus mencari sumber ekonomi meneruskan kehidupan itu sendiri sebagai "manusia" yang tadinya tidak ada menjadi ada yang dilahirkan didunia.
"Karena setidaknya untuk hidup, kita "Manusia" harus eksis terlebih dahulu. Bukan apa, ketika kita sudah merasa bahwa kita adalah makluk yang eksis. Makhluk yang membutuhkan kehidupan. Disitulah kita harus berkecimpung dengan kehidupan yang sebenarnya, menari, dan berakselerasi pada perjuangan yang harus dibangun sejak kita dilahirkan untuk hidup".
Maka dari itu ibarat membangun sebuah personal branding. Tentang apa yang bisa kita perbuat, dan apa yang dapat kita sumbangkan dalam tatar kehidupan sangat kompleks ini. Sejatinya itu dibangun saat kita tidak mengerti apa-apa.
Karena tidak mengerti apa-apa merupakan jalan untuk berusaha mengetahui dimana personal branding kita, apa yang seharusnya diusahakan, serta apa yang harus dikejar dalam hidup bereksistensi dalam sosial.
Tetapi bagaimana jika kita abai dengan apa yang dinamakan personal branding kita? Tentu permasalah ini layak dijadikan sebuah catatan penting. Seharusnya dalam hidup mengada, kita harus melakukan apa-apa. Karena ketika kita tidak melakukan sesuatu, disitulah kita tidak akan menjadi sesuatu.
Kata orang hidup itu memang tidak mudah, butuh perjuangan besar untuk dapat melakukan sesuatu dalam hidup itu. Dalam hal ini memang benar, sama seperti bagaimana kita akan membentuk diri kita sendiri. Derita dan bahagia adalah cerita-cerita antara kita dan hidup kita. Tetapi pada dasarnya kitalah penulis sekenario bagi hidup kita sendiri.
Untuk itu tidak perlu harus menjadi tokoh besar terlebih dahulu untuk membangun bahkan mempromosikan personal branding kita. Personal branding adalah bagian yang melekat pada diri, dan kemelekatan itu dibangun atas dasar kesadaran akan kemauan berjuang mengenali potensi kehidupan diri kita sendiri.
Ada salah satu contoh seseorang yang berpendidikan tinggi, tetapi pada saat ia tidak melakukan sesuatu, potensinya sebagai manusia itu mandeg.
Tetapi berbeda ketika dia ikut berjuang terjun dalam masyarakat. Sudah pasti personal brandingnya akan terbangun dengan sendirinya. Ditambah didalam tatar pendidikan itu sudah mempuni.
Saya katakan untuk menjadi sesuatu, memang latar belakang apapun itu tidak berpengaruh ketika kita mau berbuat sesuatu. Sebab personal branding seseorang akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan melakukan sesuatu tersebut.
Karena itu pada intinya manusia hidup, janganlah berdiam diri enggan berkecimpung didunia social yang lebih luas jika tidak mau eksistensinya sendiri tergadai oleh kehidupannya sendiri. Personal branding dimulai saat ini baru memulai sesuatu yang berdampak bagi kehidupan kita dan masyarakat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H