Tidak dipungkiri, setiap manusia mempunyi kegelisahan yang dirasakan dalam hidup didalam hatinya sendiri bukan hanya pikirannya. Untuk itu dengan kegelisahan-kegelisahan Sidharta Gutama itu sendiri.
Saya kira, sebenarnya semua manusia mengandung berbagai gejolak pertanyaan akan kehidupan yang ada, dimana semua manusia hidup sebenarnya untuk menjawab berbagai kegelisahannya sendiri termasuk apa yang dilakukan Sidharta Gutama.
Dengan itu, mungkinkah menjadi pertapa adalah jawaban yang tepat untuk semua orang yang gelisah pada kehidupannya sendiri memandang kehidupan ini?
Jelas, semua tidak dapat disamakan, semua manusia mempunyai kadarnya sendiri-sendiri dalam kegelisahannya.
Tetapi kegelisahan yang dirasakan oleh Sidharta Gutama, dimana kemegahan istana yang membawanya pada hingar-bingar hidup secara fisik itu sendiri terkesan megah.
Justru dirinya takjub melihat bagaimana orang-orang yang sakit, tua dan mati, yang dirasa dirinya manusia hidup sebenarnya dekat dengan penderitaan.
Maka dari itu ditengah kegelisahannya mempertanyakan semua itu. Mengapa dapat terjadi pada diri manusia diantara ketiganya sakit, tua dan mati?
Dalam kegelisahan Sidharta Gutama sendiri memilih untuk menjadi pertapa dan berkelana mencari suatu jawaban untuk kegelisahan-kegelisahanya tersebut.
Oleh karenannya setiap manusia, dimana mereka bukan hanya hidup dalam pikirannya sendiri tetapi juga hidup dengan jiwa dan setiap kegelisahan-kegelisahannya.
Untuk itu saya yang saat ini hidup didalam sebuah ketidakpastian, tidak ada pekerjaan tetap dan lebih dekat menyandang status pengangguran, memang menumbuhkan kegelisahan bukan hanya ada dalam pikiran dan jiwa saya.
Tetapi jika direnungi, apa yang dikejar oleh manusia, saya juga sudah berusaha untuk mencari pekerjaan. Tetapi dimasa pandemic ini, ekonomi sedang lesu, pengangguran yang seperti saya juga banyak dimana-mana.