Dalam ajaran agama Hindu, lingga merupakan atribut terkuat dari dewa tertinggi atau kerap dikaitkan dengan Dewa Siwa.
Maka dari itu, apapun di balik karya seni erotic yang mungkin menggelitik berbentuk seperti souvenir penis sekalipun di Bali, karya-karya seni di Bali selalu mengandung makna spiritualitas yang tinggi.
Berdasarkan situs Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lingga adalah pilar cahaya, simbol benih dari segala sesuatu yang ada di alam semesta. Lingga juga merupakan simbol organ maskulin.
Sebagai souvenir yang mencirikan linggi sendiri, Lolok tersedia di toko souvenir Denpasar, Bali. Tidak dipungkiri dengan keunikan lolok, mayoritas wisatawan yang datang ke toko-toko yang menjajakan lolok kerap tertawa atau bingung saat melihat suvenir tersebut.
Dosen Antropologi Universitas Gadjah Mada, Pande Made Kutanegara, menilai kemunculan suvenir "lolok" itu bukan hanya karena Bali kental dengan Hindu, tapi juga lolok bisa diterima masyarakat secara umum.
Dengan vulgarnya karya seni lolok sendiri, apakah karya seni souvenir tersebut dapat dikatakan sebuah porno, dimana ada aspek yang terbuka dari karya seni tersebut?
Pande Made Kuta Negara yang lahir di Bali sendiri mengalami kultur masyarakat Bali yang terbuka dengan konsep lingga dalam berbagai bentuk.
Sekalipun pada konsep yang paling dasar, yaitu seks, masyarakat Bali tidak menganggapnya sebagai hal porno untuk kepuasan semata, melainkan reproduksi yang tidak dapat dilepaskan dari makluk hidup itu sendiri termasuk manusia.
Uniknya souvenir lolok sendiri, yang seperti tiada batas dalam berkarya juga makna filosofi yang menggambarkan lolok itu sendiri sebagai karya seni, tertarik untuk mengoleksinya?
Yang jelas keragaman budaya yang tersaji setiap daerah berbeda-beda, mungkin budaya A tidak dicocok untuk wilayah B dan seterusnya.
Tetapi sebagai manusia, kita juga harus menerima sisi budaya lain seperti karya seni lolok yang agak sedikit terbuka tetapi mempunyai filosofis yang dalam untuk masyarakat bali.