Tidak sedikit pendapat dalam fenomena Prabowo-Sandi masuk pemerintahan Jokowi sebagai mentri, itu merupakan kejeniusan dari presiden Jokowi.
Seperti diketahu Prabowo dan Sandiaga Uno merupakan bekas rival Jokowi di pilpres 2019 lalu. Maka dari itu banyak yang menyebut Jokowi jenius dapat meluluhkan hati rival untuk bergabung dalam pemerintahannya.
Oklah, saya akui Jokowi memang jenius, kalau tidak jenius, dia tidak akan menjadi menjadi seorang presiden dua periode di republik sebesar indonesia.
Memang jika dipikir lebih dalam, bukankah hanya orang-orang terpilih yang dapat menjadi seorang presiden? sebab tidak gampang menjadi seorang presiden?
Ditambah penduduk indonesia sendiri ratusan juta orang dan presiden hanya satu, tentu untuk dapat menjadi presiden, benar adalah orang-orang yang dipilih saja.
"Tidak lain mengapa presiden orang pilihan yakni karena dipilih oleh rakyat. Andai 2014 dan 2019 lalu rakyat pilih Prabowo Subianto untuk menjadi presiden, mungkin Jokowi tidak akan pernah menjadi presiden".
Tetapi untuk dipilih sebagai presiden memang seperti suara takdir yang sudah ditentukan, sebab meyakinkan setengah lebih persen jumlah penduduk indonesia yang memilih jokowi memang tidak dapat dikatakan merupakan Jokowi kerja sendiri.
Ada banyak faktor-faktor pendukung lain yang menjadi suksesor Jokowi menjadi presiden rebublik Indonesia yang ke tujuh, yang paling krusial adalah orang-orang yang tidak mau memilih Prabowo Subianto jadi presiden di pilpres 2014 dan 2019 yang lalu.
Saya kira itulah faktor dari menangnya Jokowi dalam dua masa pilihan presiden yang berlangsung di Indonesia sehingga dapat duduk sebagai presiden. Pada intinya Jokowi memang dipilih oleh lebih banyak rakyat indonesia.
Dalam system demokrasi sendiri, dimana pilihan pemimpin langsung dipilih rakyat, disitulah siapapun yang akan menjadi presiden, seharusnya ikut dalam pemilihan presiden. kalau tidak saya kira tidak akan menjadi presiden, sebab bukan menjadi orang pilihan untuk jadi presiden.
Pemilihan presiden memang sudah berlalu dan itu dilalui sukses oleh Jokowi dua periode. Namun dalam kontestasi politik pemerintahan tidak hanya sampai pada pemilihan presiden. Masih banyak masalah-masalah Negara yang harus dibenahi oleh presiden.
Maka dari itu seorang presiden butuh suksesor untuk mensukseskan pemerintahannya. Saya sendiri dengan berpendapat masuknya Prabowo-Sandi sebagai mentri dikabinet Indonesia maju sebutan cabinet di periode dua jokowi memang tidak aneh.
Perkara rivalitas dalam politik memang sudah biasa. Tetapi bukankah rakyat sendiri sudah mengetahui bahwa politik adalah kepentingan? Sekali lagi jangan heran bila rivalitas selalu saja dapat menjadi fatner dalam politik.
"Masuknya Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto saya kira juga dapat menjadi kedewasaan politik tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Bahwasannya dalam membangun suatu Negara tidak harus terus melanggengkan rivalitas pasca pemilu".
Kepentingan rakyat dan Negara haruslah diatas segalanya. Yang penting untuk masuk mentri sendiri tidak untuk korupsi seperti yang baru-baru kemarin Juliari Batubara mantan mensos dan Edhy Prabowo mantan mentri KKP tertangkap korupsi.
Tentu terpilihnya Sandiaga Uno pada perombakan mentri sendiri yang dilantik 23/12/20 lalu. Saya juga tidak terkejut. Sudah sepantasnya dan membudaya sebagai politik etis sendiri bagi-bagi jabatan dilangsungkan dalam penyelenggaraan Negara, jika partai politik masuk dalam mendukung pemerintah istilahnya berkoalisi.
Sebelumnya Prabowo pada saat gerindra memilih gabung dengan pemerintah jokowi dirinya secara langsung dipilih oleh presiden Jokowi mejabat sebagai mentri pertahanan. Sedangkan Edhy Prabowo yang sama-sama kader gerindra juga dipilih sebagai mentri KKP.
Untuk itu jatah Gerindra sendiri dipemerintahan Jokowi terdapat dua orang sebagai mentri. Saat mentri Edhy Prabowo "KKP" tersangkut korupsi lobster, diganti Sandiaga Uno sebagai mentri walau tidak di KKP. Sandiaga sendiri saat ini menjabat sebagai mentri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Untuk itu dengan masuknya Prabowo-Sandi mau dan bersedia menjadi mentri jokowi, mungkinkah itu adalah kecerdasan politik Jokowi? Saya ulang lagi Jokowi seorang jenius, kalau tidak jenius mungkin tidak dipilih menjadi presiden.
Tetapi dalam tatanan politik pemerintahan sendiri dimana hak perogratif presiden memilih mentri, saya kira Jokowi tidak sejenius itu dalam memilih Prabowo dan Sandiaga Uno.
Jokowi hanya orang yang nerimaan, menerima siapaun yang punya kekuatan politik supaya kebijakan-kebijakannya tidak menemui berbagai macam kendala.
Sikap nerima Jokowi sendiri yang saya sebut sebagai diatas kejeniusan. Sebab Jokowi mampu menurunkan ego euphoria kemenangannya karena Prabowo-Sandi rival di pilpres 2019. Tetapi lebih dari itu efek domino yang dirasakan untuk pemerintahan jokowi pasca gerindara masuk dalam pemerintahan, itu sesuatu!
Saya membayangkan bagaimana vokalnya Gerindra saat UU Cipta kerja disahkan oleh DPR. Dan juga saya tidak bisa membayangkan bagaimana pembelaan Gerindra akan terdegradasinya demokratisasi dengan adanya pembubaran FPI.
Memang Jokowi tidak sejenius itu, hanya saja diatas kejeniusan Jokowi cerdik sebagai presiden sadar akan nasibnya. Mungkin karena itu dirinya dipilih oleh masyarakat Indonesia selama dua periode. Saya bukan membela, hanya saja saya penulis yang menulis siapapun tokohnya tidak terkecuali Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H