Maka dari itu seorang presiden butuh suksesor untuk mensukseskan pemerintahannya. Saya sendiri dengan berpendapat masuknya Prabowo-Sandi sebagai mentri dikabinet Indonesia maju sebutan cabinet di periode dua jokowi memang tidak aneh.
Perkara rivalitas dalam politik memang sudah biasa. Tetapi bukankah rakyat sendiri sudah mengetahui bahwa politik adalah kepentingan? Sekali lagi jangan heran bila rivalitas selalu saja dapat menjadi fatner dalam politik.
"Masuknya Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto saya kira juga dapat menjadi kedewasaan politik tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Bahwasannya dalam membangun suatu Negara tidak harus terus melanggengkan rivalitas pasca pemilu".
Kepentingan rakyat dan Negara haruslah diatas segalanya. Yang penting untuk masuk mentri sendiri tidak untuk korupsi seperti yang baru-baru kemarin Juliari Batubara mantan mensos dan Edhy Prabowo mantan mentri KKP tertangkap korupsi.
Tentu terpilihnya Sandiaga Uno pada perombakan mentri sendiri yang dilantik 23/12/20 lalu. Saya juga tidak terkejut. Sudah sepantasnya dan membudaya sebagai politik etis sendiri bagi-bagi jabatan dilangsungkan dalam penyelenggaraan Negara, jika partai politik masuk dalam mendukung pemerintah istilahnya berkoalisi.
Sebelumnya Prabowo pada saat gerindra memilih gabung dengan pemerintah jokowi dirinya secara langsung dipilih oleh presiden Jokowi mejabat sebagai mentri pertahanan. Sedangkan Edhy Prabowo yang sama-sama kader gerindra juga dipilih sebagai mentri KKP.
Untuk itu jatah Gerindra sendiri dipemerintahan Jokowi terdapat dua orang sebagai mentri. Saat mentri Edhy Prabowo "KKP" tersangkut korupsi lobster, diganti Sandiaga Uno sebagai mentri walau tidak di KKP. Sandiaga sendiri saat ini menjabat sebagai mentri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Untuk itu dengan masuknya Prabowo-Sandi mau dan bersedia menjadi mentri jokowi, mungkinkah itu adalah kecerdasan politik Jokowi? Saya ulang lagi Jokowi seorang jenius, kalau tidak jenius mungkin tidak dipilih menjadi presiden.
Tetapi dalam tatanan politik pemerintahan sendiri dimana hak perogratif presiden memilih mentri, saya kira Jokowi tidak sejenius itu dalam memilih Prabowo dan Sandiaga Uno.
Jokowi hanya orang yang nerimaan, menerima siapaun yang punya kekuatan politik supaya kebijakan-kebijakannya tidak menemui berbagai macam kendala.