Mengingat perombakan mentri yang sudah dilakukan Jokowi diumumkan Selasa (22/12) lalu dan dilantik (23/12).
Memang pada akhirnya pertanyaan public adalah bagaimana kinerja mereka para mentri untuk dapat optimal sebagai mentri baru di kabinet Jokowi.
Tidak lain adalah menjalankan fungsinya yang pada akhirnya dapat membuat perubahan bagi hajat hidup masyarakat indonesia secara kerseluruhan.
Namun kembali, setiap orang punya karakter masing-masing dalam menjalani pekerjaan yang sedang digelutinya, begitu juga mentri baru Jokowi.
Maka dari itu gebrakan demi gebrakan dalam proses kerja sendiri penting untuk dibuktikan secara nyata tidak hanya prosesi pencitraan politik semata.
Perlu disadari adanya mentri baru dalam wacana politik saat ini memang menciptakan sebuah praduga, bahkan lebih jauh dari itu tentang peluang-peluang mentri baru untuk karir kepolitikan mereka secara nasional.
Untuk itu dengan Tri Rismaharini yang saat ini didapuk oleh presiden Jokowi menjadi mensos menggantikan Juliari Batubara, banyak pengamat memandang baik masa depan Tri Rismaharini.
Bukan apa, nama Tri Rismaharini tentu tidak asing bagi masyarakat Indonesia meskipun dirinya hanya menjadi walikota Surabaya.
Ditangan dingin kepemimpinannya, Surabaya disulap menjadi kota yang maju dan ramah lingkungan dengan melakukan penghijauan di kota Surabaya.
Selain itu Tri Rismaharini juga mampu menutup ruang gerak dan meminimalisir prostitusi yang ada di Surabaya.
Maka dengan sederet prestasi yang dibuatnya, Nama Tri Rismaharini sendiri masuk dalam bursa menteri Jokowi sudah beredar sejak 2014, kala Jokowi masih berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Namun, Tri Rismaharini menolak tawaran dari Jokowi tersebut dengan dalih memiliki janji untuk tetap memimpin Kota Pahlawan.
Dengan narasi apapun itu, yang pasti kini Tri Rismaharini telah naik kelas ke kancah politik nasional. Kader PDIP itu selama sepuluh tahun menjadi orang nomor satu di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Untuk itu dengan naiknya Risma Triharini ke kancah politik nasional, Risma juga kerap disebut berpotensi menjadi calon Gubernur di Pilkada DKI Jakarta 2022, bahkan calon presiden pada Pemilu 2024.
Pertanyaannya, mungkinkah menjadi mesos sendiri dapat membuat Tri Rismaharini benar-benar potensial baik sebagai capres 2024 maupun calon Gubernur DKI 2022?
Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun berpendapat Risma memiliki potensi menjadi lawan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Pilkada DKI jika jadi digelar 2022.
Menurutnya, peluang tersebut bisa semakin terlihat jika Risma mampu bekerja maskimal sebagai mensos untuk modal maju di Pilkada DKI mendatang.
"Bergantung dari produktivitas, kalau produktivitas bagus akan berpengaruh besar, tapi kalau terganggu ya tidak cukup untuk kapitalisasi modal sosialnya," kata Ubed dikutip CNNIndonesia.com, Rabu (23/12).
Senada, Direktur Romeo Strategic Research & consulting (RSRC), Khoirul Umam juga menyatakan Risma memiliki peluang untuk menantang Anies di Pilkada DKI mendatang.
Namun, ia mengingatkan bahwa pertarungan di Pilkada DKI sejak 2017 silam bukan hanya terkait dengan kinerja calon gubernur saja, melainkan terdapat eksploitasi politik identitas.
Bila ingin maju di Pilkada DKI, kata Khoirul, Tri Rismaharini harus membangun kekuatan dari segmen ulama dan Islam yang selama ini tak pernah dijalin Risma secara baik selama menjabat wali kota Surabaya.
Tetapi menurut saya dengan dinamika politik DKI Jakarta yang memang menonjol politik identitas, jika memang untuk 2024 sendiri Tri Rismaharini juga potensial menjadi capres.
Saya kira Tri Rismaharini yang saat ini terjun dalam politik nasional menjadi mensos lebih baik menuju calon presiden dari pada calon gubernur Jakarta.
Seperti diketahui Khoirul juga mengatakan kinerja Risma selama menjadi mensos nanti akan menentukan elektoral Risma yang juga digadang-gadang menjadi calon presiden pada 2024 mendatang.
Untuk itu mungkin berbicara peluang dalam politik, yang terpenting adalah Tri Rismaharini sendiri mampu bekerja dengan baik menjadi mensos untuk dapat mengembangkan karir politik berikutnya.
Sebab berpolitik sendiri ditentukan dari prestasi yang dibuatnya untuk dapat memperngaruhi suara masyarakat.
Meski Khoirul sendiri menyebut Mensos bukan sebuah jabatan yang ideal untuk mengelola sebuah isu besar di tingkat nasional.
Namun bila Tri Rismaharini sendiri dapat konsisten  meningkatkan kinerjanya sebagai mensos peluang Risma terbuka menjadi capres 2024.
Maka disayangkan Risma yang saat ini sudah berada ditangga nasional menjadi mensos jika membidik  calon Gubernur Jakarta 2022 bukan calon presiden 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H