Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Trump Lebih Bermartabat Dibanding Prabowo?

9 November 2020   08:35 Diperbarui: 9 November 2020   08:45 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Satu kearifan tertinggi dalam demokrasi adalah mampunya seorang calon pejabat public jika kalah menerima segala bentuk kekalahan itu".

Tetapi tentang nasib semua berlaku sama, siapapun manusianya dimata nasib, tidak ada beda ada kalanya mujur ada kalanya ancur. Begitupun dengan hasil pemilihan umum, karena yang mujur adalah yang dipilih lebih banyak  rakyat.

"Maka dari itu menjadi pejabat public yang dipilih secara demokratis, tidak bisa memaksakan kehendak, kalah dan menang harus diterima selayaknya sebuah permainan dadu".

Maka jauhnya kemungkinan menang dalam pilpres Amerika Serikat 2020 seharusnya disiasti betul oleh Donald Trump untuk dapat menerima kenyataan. Dimana sikap kesatria menerima kekalahan itu harus ditunjukan bukan pada public Amerika Serikat saja tetapi juga pada dunia.

Untuk itu dengan dengan langkah yang dilakukan Trump, saya kira meski ada nada kekecewaan dan saling klaim kemenangan kenyatanya memang hanya sebatas retorika di media social Trump.

Tidak pada bentuk aksi nyata yang diinisiasi oleh Trump seperti apa yang dilakukan oleh kubu Prabowo dulu di pilpres Indonesia 2014 dan 2019. Sampai melakukan syukuran dan konversi pres umumkan kemenanngan dan membelah hasil hitung cepat untuk kemenangan terpilih presiden.

Memang adanya protes demonstrasi masa menolak kekalahan capres pilihannya merupakan hal yang biasa terjadi dalam demostrasi. Begitu juga protes dan demonstrasi di Amerika Serikat atas kekalahan yang dilakukan oleh pendukung Trump.

Tetapi sikap dingin Trump tidak terlalu jauh dalam memprovokasi masa pendukungnya sendiri membuat Trump lebih bermartabat dari pada kubu Prabowo dulu, yang terkesan dengan sengaja menggiring opini public, dimana kubunya "Prabowo" adalah pemenang pilpres Indonesia saat itu.

Trump saat sadar akan kekalahannya, melipur diri dengan bermain Golf ketimbang mengikuti hasil suara pilpres. Sebab dalam versi hitung cepat sendiri, sudah dipastikan Trump kalah tipis dengan pesaingnya yakni Joe Biden meski istrinya melania trum mengatakan masih ada suara yang belum masuk.

Tidak lain saya kira suara belum masuk tersebut yakni memperpanjang asa pendukung Donald trump, namun tetap saja dengan selisih angka yang jauh dipastikan Trump kemungkinan besar sudah kalah dari Joe Biden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun