Pasca Presiden Soeharto tumbang dan dirinya naik sebagai presiden indonesia dengan kebijakan yang telah BJ Habibi buat. Dimana kebijakan itu adalah buah dari rasionlitasnya dalam berpikir, sebab BJ. Habibi memimpin tanpa kepentingan politik apapun melainkan hanya bagaimana nasib rakyat Indonesia.
Sebagai tokoh nasional dan dunia, tentu BJ. Habibi sangat peka terhadap isu-isu internasional. Berangkat dari isu-isu humanisme tersebut, ia juga berpendapat mengenai pendangnnya yang tidak lain adalah tatar pengetahuan untuk umat manusia khusunya masyarakat Indonesia dalam memaknai sebuah kecerdasan.
Dalam acara Public Adress BJ. Habibi menjawab pernyataan Stephen Hawking  ahli fisika pada 2015 lalu. BJ. Habibi memang tidak setuju dengan kosep Tuhan yang Stephen Hawking kemukakan. Berkaca dengan pendapat Stephen Hawking, bawasannya dia dapat menjawab semua masalah fisika dan tidak ada tempat lagi bagi Tuhan.
Tidak hanya itu BJ. Habibi juga mengkritisi tentang matinya filsafat yang diucapkan oleh Stephen Hawking. Sebab sejak manusia berpikir dan mempertanyakan sesuatu, sebenarnya manusia sedang berfilsafat. Maka dari itu fisika yang menjadi bidang Stephen Hawking juga lahir dari filsafat sebagai dasar dari ilmu pengetahuan menurut BJ Habibi.
Dan tentang Tuhan sendiri menurut BJ. Habibi, ia tidak tahu. BJ. Habibi saat menanggapi tentang Tuhan, ia merasa ada kekuatan yang lebih tinggi dari pada pengetahuan manusia atau kecerdasan manusia dan segala sesuatu yang ada di alam semsesta ini ada kekuatan yang lebih tinggi.
Tetapi BJ. Habibi juga tidak mau sebut kekuatan tinggi itu siapa, dia tidak tahu dan tidak mau sebut. Sebagai manusia BJ. Habibi sendiri hanya melangakh menuju kekuatan yang lebih tinggi dari alam semesta, yang ia sendiri percaya.
Dengan sisi humanisme BJ. Habibi, dimana berpolitik mengutamakan rakyat. Mungkin bagi kecerdasan yang penting adalah mampu menjadikan manusia prioritas utama untuk kehidupan lebih baik.
Kritiknya pada Stephen Hawking juga merupakan ungkapan bawasannya seberapapun kecerdasan itu dimiliki oleh manusia tidak boleh arogan. Sebab tetap ada sesuatu yang melebihi dari kecerdasan itu. Untuk itu BJ. Habibi menganggap bahwa yang melebihi itu adalah hal yang transenden atau yang melampaui diri manusia karena dari yang tinggi ada yang lebih tinggi lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H