Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sindir Milenial, Megawati Ingin Ditenggelamkan?

29 Oktober 2020   07:27 Diperbarui: 29 Oktober 2020   07:31 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sebab tidak ada kepuasan dalam karya saat masih hidup, termasuk milenial kini yang seperti tidak ada karya yang dibanggakan untuk bangsa dan Negara dan cenderung di deskriditkan penguasa".

Ibaratnya seperti menantu ada yang bilang kalau jauh harum namanya, kalau dekat tetap saja pahit. Mungkin seperti itu ungkapan tanya sumbangsih milenial. Tetap pahit karena kini masih dalam tahap berkarya milenial itu.

Untuk itu saya kira, Megawati sah saja mempertanyakan milenial. Ditambah Megawati sebenarnya mengkritik milenial yang hanya bisa demo, serta anarkis dengan merusak halte saat demonstrasi.

Tetapi sebagai ungakapan penguasa, Megawati tidak salah bebicara milenial seperi itu, terkesan mendeskriditkan milenial.

Mungkin itulah juga yang dikatakan dulu, para penguasa saat pemuda berdemonstrasi atau memperjuangkan kemerdekaan turun ke jalan, yang sama menggap bahwa pemuda ditanya sumbangsinya apa pada bangsa dan negara oleh penguasa.

Pemerintahan Kolonial Belanda mungkin beranggapan , pemuda Indonesia yang tergabung dalam sumpah pemuda atau pemuda-pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan jaman belanda dulu.

Saya kira oleh pemerintah Kolonial Belanda juga sama dianggap "pemuda" yang dipertanyakan sumbanginya, hanya membuat onar dan mengancaukan pemerintah kolonial Belanda, bahkan menggoyangkan eksistensinya.

Jika pemuda dulu membuat suatu gerakan menentang kebijakan pemerintah Kolonial bahkan menggugat kemerdekaan. Narasi penguasa selalu saja menggiring opini, yang sedang berjuang melawannya yakni orang tidak ada kerjaan dan minim sumbangsih pada negara.

Bukankah setiap gerakan seperti sumpah pemuda dulu 1928, saat ini ketika jaman itu sudah dilampaui, terus dikenang? Dimana pasti sumpah pemuda dulu dijaman Kolonial Belanda diangap hanya duri?

Memang saat kepentingan kekuasaan dikoyak-koyak pemuda disitulah narasi-narasi bawasannya menganggap pemuda hanyalah debu, sudah pasti akan dinarasikan kekuasaan.

Tetapi meski milenial kini tidak diperhitungkan karya dan sumbangsinya pada bangsa dan Negara. Tetapi milenial saat ini dibanding pemuda jaman dulu, sangat punya gerakan efektif meski terkesan diam dan hanya segelintir orang yang masih mau turun ke jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun