Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Megawati Presiden, Puan Juga Dapat Menjadi Presiden Nanti?

22 Oktober 2020   18:58 Diperbarui: 23 Oktober 2020   06:32 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: haipedia.com (Puan Maharani)

Yang tadi terekam dari obrolan saya dengan teman saya ketika dijalan. Saya dengan teman saya memang akan menemui seorang camat dikantornya.

Tidak akan saya sebutkan camat mana, pada intinya saya dan teman saya ada kepentingan dengan camat tersebut.

"Saya ingat dan seperti merekam ketika teman saya bilang; bapaknya camat ini camat juga loh. Jadi anakanya camat, bapaknya juga camat".

Memang seakan sudah biasa cita-cita anak terbangun dari apa yang menjadi profesi orang tua. Tidak jarang ditemukan bapaknya polisi anaknya polisi, bapaknya tentara anaknya juga ikut jadi tentara.

Tetapi dalam kehidupan memang tidak bisa lepas dari dinamika-dinamika strata, dimana ada rendah ada tinggi, kaya ada miskin, dan lain sebagainya, yang pada intinya sama-sama saling melengkapi.

Maka belum lama ini saya baca artikel yang viral anak dan bapak menjadi TNI. Namun pangkat bapaknya lebih rendah dari anaknya, lalu saat pelantikan memberi hormat bapak tersebut pada anaknya sendiri.

Kisah keharuan antara profesi anak dan bapak ini dalam stuan TNI viral karena bapaknya didalam TNI sendiri memiliki jabatan Serda dan anaknya yang berhasil menjadi perwira.

ilustrasi: (Kisah Haru Ayah Berpangkat Serda Beri Hormat Anaknya yang Jadi Perwira (Sumber: Youtube/TNIAD)
ilustrasi: (Kisah Haru Ayah Berpangkat Serda Beri Hormat Anaknya yang Jadi Perwira (Sumber: Youtube/TNIAD)
"Figgy sebagai anak dari Serda (Har) Sahidin tersebut telah dilantik menjadi seorang Letda oleh Presiden Jokowi. Kisah ini diunggah oleh akun Youtube TNI AD pada 18 Oktober 2020. Dalam video itu diperlihatkan suasana pelantikan perwira oleh Presiden Jokowi secara virtual".

Berkaca dengan berbagai profesi pada umumnya yang terkadang diikuti oleh anak-anak mereka. Sebab diberbagai kasus profesi sendiri seperti di dunia politik misalnya tetap saja menarik sebagai cita-cita anak ketika orang tua mereka menjalani profesi tersebut.

Sebagai contoh ada orang tua yang berpolitik, ada saja anakanya yang mengikuti jejak orang tuanya berpolitik. Sebut saja AHY dan SBY atau Hanafi Rais dan Amien Rais anak dan orangtua yang sama-sama berpolitik.

Mungkikah sebagai anak antara AHY dan Hanafi Rais, memang ingin mengilkuti jejak orang tua mereka bahkan mengunggulinya berkancah di dunia khusunya bidang politik?

Apakah menyamai peranan orang tua dalam suatu profesi merupakan sesuatu cita-cita yang realistis bagi seorang anak, termasuk juga Megawati dan anaknya Puan Maharani, dimana berpolitik untuk menyamai profesi orang tua?

ilustrasi: thumb.viva.co.id (Puan Maharani terpilih menjadi ketua DPR RI periode-2019-2024)
ilustrasi: thumb.viva.co.id (Puan Maharani terpilih menjadi ketua DPR RI periode-2019-2024)

Seperti kita tahu orang tua Megawati yaitu Soekarno adalah presiden pertama Republic Indonesia yang gigih berpolitik dan mampu menumbangkan rezim kolonialisme Belanda.

Saya kira peranan Megawati dalam berpolitik sendiri, tentu ingin seperti bapaknya "Soekarno" yang terelebih dahulu dapat menjadi seorang presiden.

Untuk itu cita-cita Megawati dapat berhasil menjadi presiden ke-5 republik Indonesia, juga sama melalui dinamika-dinamika politik yang pelik saat itu di masa orde baru.

"Megawati dapat menjabat menjadi seorang presiden bukanlah hal yang mudah. Megawati harus melawan dominasi politik orde baru yang terpusat pada rezim Soeharto saat itu yang pada akhirnya pecah dan tumbang di tahun 1998".

Maka dengan berbagai perjuangan tersebut menggulingkan orde baru yang saat ini indonesia demokrasi. Megawati juga diusulkan menjadi pahlawan demokrasi sebab alasan perjuangan tersebut. Usulan itu datang dari organisasi masyarakat Jam'iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI).

Oleh sebab itu jika usulan pahlawan tersebut disetujui oleh Negara, dimana suara JBMI mengajukan Ibu Megawati Soekarnoputri menjadi pahlawan demokrasi berhasil.

Megawati dapat menyamai Soekarno yang juga didapuk menjadi pahlawan nasional karena jasa jasanya yang gigih melawan pemerintahan Kolonial Belanda.

Untuk itu, bukankah Megawati dapat menyamai prestasi bapaknya Soekarno, dimana Megawati dapat sama menjadi presiden kemudian dapat juga gelar pahlawan?

Soekarno memang mendapat gelar pahlawan tersebut sesudah dirinya wafat. Tetapi jika berhasil usulan pahlawan demokrasi untuk Megawati oleh JMBI disetujui kementrian sosial.

Megawati  dapat pula menyamai Soekarno, bahakan cenderung melampaui Soekarno karena Megawati dapat gelar pahlawan demokrasi saat dirinya masih hidup jika di setujui negara.

Oleh sebab itu dengan Puan Maharani cucu Soekarno anak dari Megawati, saya kira sangat realistis jika bermimpi menjadi presiden karena faktor dari orang tua yang sama-sama pernah menjabat menjadi presiden.

Masuknya ke dunia politik mengikuti jejak Megawati, saya kira ada hasrat Puan Maharani untuk sama-sama dapat mengiukuti jejak ibunya Megawati dan kakeknya Soekarno menjadi presiden.

Namun dengan perjuangan istilahnya "panjang dan berdarah-darah" untuk menjadi seorang presiden dilakukan oleh Soekarno melawan kolonialisme Belanda, Megawati melawan orde baru.

Mungkinkah kini Puan Maharani yang perjuangannya tidak berat akan mulus jika memang bermimpi menjadi presiden seperti ibu dan kakeknya?

Memang bermimpi menjadi presiden bagi Puan Maharani sangatlah realistis, tetapi dengan perjuangan yang tidak begitu istilahnya "berdarah-darah dan panjang" dalam berjuang di dunia politik.

Apakah nantinya tidak akan mendegradasi kerealistisan itu, Puan Maharani dalam mewujudkan mimpinya menjadi seorang presiden?

Saya kira perjuangan akan berbanding lurus dengan hasil. Jika konsisten Puan Maharani berjuang di politik bukan tidak mungkin dapat mengikuti jejak kakek dan ibunya sebagai presiden.

Tetapi jika sebaliknya tidak gigih berjuang, justru menurut saya malah sebaliknya, Puan Maharani tidak akan mungkin menjadi presiden. Karena secara trah sendiri, Puan Maharani dapat menjadi presiden realistis namun butuh konsistensi dalam mewujudkan sebagai presiden.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun