Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasihat Raja Jawa untuk Pekerja

17 Oktober 2020   19:19 Diperbarui: 17 Oktober 2020   20:05 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: alchetron.com

Mungkin sebagai seorang abdi atau pekerja, tidak bisa kita menggantungkan nasib pada raja atau pengusaha, hanya saja ketika kita mau bekerja sama, penghasilan tetap akan ada dengan cara bekerja.

Seyogyangya nasib diri sendiri kitalah yang menentukan, dimana jika tidak ingin menjadi abdi atau pekerja mulailah berusaha dan sadar akan nasib. Karena diri sendirilah yang bisa mengubah nasib kita, bukan siapa-siapa.

Maka dari itu dengan berbagai regulasi pekerja sendiri jika memang dasar dari pungupahannya setiap jam, bukankah itu adalah porsi dimana tenaga kita sebagai pekerja yang harus di keluarkan, kemudian dibayar?

Jelas sistem pengupahan haruslah disesuaikan dengan produksi yang dapat kita lakukan. Maka dari itu jika ada regulasi pengupahan per jam, bukan tidak mungkin tidak ada lagi ada keterikatan.

Upah perjam secara otomatis mungkin saja dapat memunculkan generasi freelance, di mana bekerja sesuai dengan project yang ada saja, mungkinkah freelance tidak mananusiakan pekerja?

"Freelance sendiri memungkinkan adanya kebebasan, tergantung dari pada pekerja itu mau bekerja atau tidak, dimana mereka tidak ada ikatan dengan perusahaan atau pemberi kerja".

Maka dari itu upah per-jam dapat dikatakan juga upah per project pekerjaan, di mana kita akan kembali ke jaman dulu, tanpa bekerja ya tidak dibayar berbeda dengan system dibayar bulanan.

Meski terkesan akan kembali ke jaman dulu jika upah dilakukan per- jam. Karena kemungkinan freelance, perusahaan atau pemberi kerja tidak memberi apapun termasuk penghasilan tetap per-bulan, tujangan, dan jaminan kesehatan. Itulah dugaan jika upah dilakukan per jam otomatis akan mengikuti project pekerjaan.

Untuk itu menjadi pekerja, memanglah dilemma jika pekerjaan disesuaikan dengan porsi kerja dan tidak ada tunjangan apa-apa dari bekerjanya tersebut jika dilakukan secara freelance karena pekerja bebas.

Namun kembali lagi pada nasehat Mangkunegra IV jika memang kita belum mampu menjadi pedagang atau bertani dan masih kerja mengabdi para pemberi kerja atau pengusaha.

Seharusnya memanglah diterima apapun keputusannya walaupun nantinya jika upah per-jam otomatis akan melahirkan generasi freelance.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun