Saya sebagai seorang yang mengamati jalannya perpolitikan Indonesia, terkadang saya merasa bahwa; apakah  Fransisco Totti di di team sepak bola AS Roma yang loyal selama karirnya hanya satu klub itu sangat jarang ada dan ditiru di partai politik?
Loyalitas dan pengabdian terhadap suatu gerbong yang membuat aktivitas sebagai manusia itu tumbuh seperti partai politik. Memang hanya sedikit orang yang loyal terhadap partai politik terkecuali pemilik dari partai politik itu sendiri.
Sepertinya didalam sebuah partai politik itu sangat jarang ada kesetiaan, yang ada hanyalah siapa partai politik yang paling mengakomodir kepentingan seorang politikus bersangkutan, partai tersebutlah yang akan dipilih oleh politikus itu.
Sebagai contoh Amien Rais yang tanggal (01/10/20) mengumumkan partai barunya yakni Partai Ummat sebagai tandingan partai politik PAN, yang dulu dirinya bangun sudah tidak mengakomodir kepentingannya.
Untuk itu saat ini, Amien Rais sudah tidak lagi menjadi keluaraga besar PAN karena sudah membangun Partai Ummat sebagai kendaraan politiknya.
Begitupun dengan Fahri Hamzah dan Amies Mata yang memilih berpisah dengan partai politik PKS, yang mungkin partai itu tidak dapat mengakomodir kepentingan mereka lagi.
Maka baru-baru ini dengan kader Partai Demokrat yang mudur  bertepatan dengan isu omnibus low UU Cipta Kerja Ferdinan Hutahaean, yang kecewa terhadap kebijakan partai demokrat, kemanakah dirinya akan menyebrang halauan mencari partai politik untuk dirinya?
Ataukah Ferdinan Hutahaean akan membuat dan membangun partai politik baru seperti Amien Rais? Seperti di ketahui Ferdinan Hutahaean secara terbuka melalui medsosnya Ahad (11/10) memilih untuk mundur dari Partai Demokrat karena sudah berbeda visi dengan Partai Demokrat atas kebijakannya terkait omnibus law.
"Jadi kalau sekarang pun saya akan pergi dari Partai Demokrat, itu juga karena soal prinsip dan keyakinan politik, jalan politik kebangsaan yang saya yakini terlepas apakah saya salah atau benar dengan prinsip yang saya yakini," ujar Ferdinand melalui akun Twitter @FerdinandHaean3".
Ferdinan Hutahaean mengundurkan diri dari Partai demokrat tidak serta merta lantas mundur dari dunia politik. Ferdinan Hutahaean masih akan tetap di dunia politik, suatu saat akan mencari partai politik untuk dirinya belabuh.
Ferdinand juga menyampaikan akan mendukung pemerintah setelah memutuskan meninggalkan Partai Demokrat. Ferdinand Hutahean menjelaskan dukungannya pada pemerintah bukan semata-mata karena pribadi Presiden Joko Widodo saja.
Ferdinand menyatakan tidak ingin menjadi 'penjilat'. Ia hanya ingin mendukung karena menilai Pemerintah saat ini sedang bekerja keras. Tapi di sisi lain, ada sekelompok orang yang berpolitik untuk kelompok, bahkan tega merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia, secara tegas akan dirinya lawan.
Dengan berbagi pernyataan yang dilontarkan oleh Ferdinan Hutahaean, mungkinkah ada kesadaran politik yang mengilhami dirinya untuk mendukung pemerintah Jokowi? Ataukah mungkin Partai Demokrat sudah tidak mengakomodir kepentingan Ferdinan Hutahaean?
PDIP Terbuka Menerima ex Kader Demokrat
Tetapi yang paling rasional adalah mampu atau tidaknya partai tersebut mengakomodir kepentingannya, biasanya itulah yang menjadi alasan kuat kader partai mengundurkan diri.
Saya kira apa yang disampaikan oleh Ferdinan Hutahaean tentang ideologinya yang sudah tidak sejalan dengan kebijakan Partai Demokrat  adalah pemanis saja.
Hany upaya Ferdinan Hutahaean membuat drama supaya tidak terlihat jelas oleh public, bawasannya yang dicari oleh seorang politikus adalah kepentingannya.
Sebab tidak mungkin ketika diakomodir oleh partai politik kepentingan seorang politikus memilih mengudurkan diri dari partai.
"Politikus memiliki kemungkinan kecil untuk berpindah haluan membangun partai baru atau berpindah ke lain partai politik jika memang kepentingannya terakomodir".
PDIP sebagai partai yang terkenal ramah dengan ex kader partai lain masuk kedalam partainya seperti Ahok dari Partai Gerindra.
Mungkinkah Ferdinan Hutahaean akan mengikuti jejak pendahulunya Rohut Sitompul berlabih ke PDIP, dimana PDIP juga terbuka untuk kader Partai demokrat yang tersakiti?
Seperti diketahui pada tahun 2016 pasca rapat internal Partai Demokrat, Ruhut Sitompul di rotasi jabatannya tidak menjadi juru bicara Partai Demokrat, kemudian Ruhut Sitompul memilih untuk keluar dari partai tersebut.
Pada tahun 2019 saat kongres PDIP di Bali, Ruhut Sitompul secara resmi didepan public mengaku telah resmi sebagai kader PDIP. Sebelumnya di tahun 2018 Ruhut Sitompul juga sudah memberikan sinyal kepada public akan bergabung dengan PDIP.
Sinyal tersebut terkait dengan dukungannya kepada dirinya mengikuti kampanye terbuka pasangan yang diusung PDIP di Pilkada Sumatera Utara, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus, pda 29 April 2018.
Bersama kader PDIP Trimedya Panjaitan dan Junimart Girsang. Ruhut ikut mengampanyekan pasangan itu dengan mengenakan kemeja berwarna merah dengan logo 'Banteng Moncong Putih' yang merupakan simbol partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut.
Oleh sebab itu membaca gelagat dari Ferdinan Hutahaean yang ingin membela kerja keras pemerintah Jokowi, dimana alasan tersebut dirinya mengundurkan diri. Secara pasti saya kira dan baca arah politiknya, ada kehendak Ferdinan Hutahaean untuk menyusul Rohut Sitompul menjadi bagian dari PDIP.
Memang tidak menuntup kemungkinan Ferdinan Hutahaean pindah ke partai selain PDIP, yang sama menjadi partai kolalisi pemerintahan Jokowi seperti Gerindra, PAN atau Hanura. Tetapi menurut saya yang paling kuat adalah PDIP dimana disitu ada Rohut Sitompol yang satu nasib tersakiti oleh Partai Demokrat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H