Padahal itu hanyalah dalih, sebenarnya apa yang mereka cari adalah kekuasaan dan kemewahan yang dapat mereka bayar dengan uang melalui monopoli sumber daya alam yang diperdagangkan ke eropa hasil bumi dari Indonesia.
"Kolonialisme adalah wujud pencarian keuntungan, tentu itu sudah pasti sama dengan dua ideologi besar dunia yakni komunis dan kapitalis yang merambah ke Negara-negara dunia".
Sedangkan di Indonesai isu G 30 S, dimana disana ada narasi besar penistaan politik, kehinaan politik, dan heroism politik. Dalam  semesta wacana Negara yang berpolitiknya tidak menggunakan logika seperti Indeonesia.
Disitulah praktik tragedy kemanusiaan dalam sejarah G 30 S akan di korek dan dalam mengorek luka tersebut. Pihak yang berslah dalam persepsi masyarakat yakni PKI akan terus disebut di bulan kejadian itu terjadi yaitu bulan September sebagai jualan politik.
Tentu sebagai sebuah isu sepanjang jalannya praktik proyek kekuasaan politik Negara Indonesia dalam politisasinya meraih simpati rakyat. Bukankah setiap tahun isu PKI selalu muncul bulan September adalah kenyataannya sebagai simpati citra politik politikus?
Dalam sejarah saya tidak mau membela siapapun. Tetapi kejengahan saya sendiri adalah ramainya istilah PKI setiap bulan September.
Apakah seharusnya saat kita sudah tidak mau jengah dengan isu ini, baiknya sepetember di nobatkan hari PKI saja supaya tidak gumunan termakan isu receh ini, yang setiap tahaun pasti dikorek dan terus dikorek lagi dalam semesta wacana politik di indonesia?
Supaya kita tidak termakan isu-isu provokasi yang dinarasikan para pemegang proyek-proyek kekuasaan dalam bernarasi untuk simpati politik rakyat? Rakyat bisa tenang menjalani kehidupannya, dimana hidup yang dibutuhkan adalah uang, bukan mengurusi sejarah yang hanya akan menimbulkan sebauah perpecahan suatu bangsa?
Maka sadarlah hari ini, isu PKI adalah isu kekuasaan yang ingin memperpanjang narasi kenistaan dan kepahlawanan menarik simpati politik rakyat sebagai bagian dari proyek politik mereka-mereka yang ingin berkuasa di Indonesia. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H