Mulai hujan dan naiknya status Bendungan Katulampa memang sudah menjadi hal biasa bagi warga Jakarta. Dimana limpahan air hujan dari Bogor, Jawa Barat membuat banjir adalah tradisi sejak lama dan mensejarah di Jakarta.
Dengan banjir sendiri karena sudah tradisi, saya kira sudah tidak mengherankan bagi warga Jakarta khusunya yang berdiam di bantaran sungai di Jakarta.
Sebab di Jakarta sendiri pemukimannya sudah terlalu padat, sudah jarang daerah resapan air memgakibatkan potensi banjir tidak pernah hilang dari wilayah Jakarta.
Maka banjirnya ibu kota setelah hujan turun dan naiknya setatus bendungan Katulampa sudah pasti akan mewarnai media. Nantinya banjir Jakarta akan menjadi headline di berbagai surat kabar, media sosial, dan media konvensional lainnya.
Menjadi pertanyaan kita bersama dengan banjir Jakarta yang sudah mentradisi, apakah musim penghujan kali ini akan parah, sedang-sedang saja, atau tidak banjir?
Jika tidak banjir, kita semua layak memberi apresiasi tinggi kepada Gubernur Jakarta Anis Baswedan. Karena setiap tahun Jakarta pasti kebanjiran. Seperti sulit menyudahi kutukan banjir yang ada di Jakarta itulah kenyataannya.
Maka sedang-sedang saja banjir Jakarta tersebut apalagi besar, yang pasti Anis Baswedan tetap akan menjadi bulan-bulanan publik Indonesia, bukan hanya warga Jakarta yang akan bilang Anis Baswedan tidak bejus kerja tangani banjir.
Karena banjir selalu menjadi berita nasional yang memungkinkan siapapun ingin mengomentari kinerja Anis Baswedan  selaku Gubernur Jakarta dalam penanggulangan banjir Jakarta.
Maka dari itu wasapada banjir di tengah pandemi ini harus diperhatikan betul masalah titik-titik pengungsian. Dimana nantinya banyak orang-orang berkumpul dan menyebarkan potensi penularan virus corono di dalam tempat pengungsian.
Oleh sebab itu pemerintah Jakarta pun harus berpikir kesana mengingat banjir sudah menjadi tradisi setiap tahun pasti datang.
"Banjir ditengah pandemi corona harus menjadi pekerjaan rumah pemerintah DKI Jakarta menangani masalah pengusian nantinya dimana protocol kesehatan harus disiapkan untuk para pengungsi korban banjir Jakarta"
Selain menyelamatkan warga dari bencana banjir, pemerintah DKI juga harus menyelamatkan warga Jakarta dari penularan virus corona dengan membuat simulasi seminim mungkin tempat-tempat pengusian supaya tidak menjadi kluster baru virus corona di Jakarta.
Apa lagi di tempat pengungsian membuat daya tahan tubuh masyarakat lemah dan cenderung gampang terkena penyakit. Dikhawatirkan memudahkan tertularnya virus corona kepada warga masyarakat korban banjir yang ada dalam pengungsian.
Oleh sebab itu prioritas selamatkan nilai tugu peti mati corona karya Anis Baswedan harus di utamakan sebagai "symbol" bahaya kematian akibat virus corona yang harus tetap diwaspadai dikala banjir Jakarta menerjang nanti.
Tugu peti mati himbauan berbahayanya virus corona sebagai komitmen pemerintah Jakarta mengurangi wabah pandemi virus corona, semoga tidak hanyut dan di utamakan keselamatanya supaya tidak dilupakan ketika pemerintah DKI Jakarta dan Gubernur Anis Baswedan ketika nanti sibuk menangani banjir Jakarta.
Bukankah saat banjir menerjang sebagai bencana yang diselamatakan adalah faktor manusia? Sama seperti ancaman virus corona juga yang diselamatkan juga manusia, untuk itu DKI Jakarta melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Sekala Besar)?
Maka dari itu strategi mobilisasi warga masyarakat Jakarta di tengah banjir Jakarta harus ada langkah trobosan baru menyelamatkan warga dari virus corona dengan sejumlah protocol kesehatan ditengah bencana.
Saya sendiri berharap karya monumental tugu peti mati Anis Baswedan sebagai simbol seriusnya penanganan virus corona pada saat nanti banjir menerjang Jakarta. Tetap penanganan virus corona menjadi sekala prioritas disamping menyelamatkan warga dari bencana banjir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H