Sebab panggung politik yang luas diperklukan partai baru seperti Gelora, maka dari itu gabung dengan pemerintah adalah piliahan terbaik untuk mencari panggung.
Jelas siapapun orangnya dihadapan kepentingan pribadi dan kelompoknya dapat saja merubah seseorang termasuk Fahri Hamzah, yang dulu lantang mengkritik Jokowi sebelum dirinya ada di partai Gelora.
Apakah mungkin akan sama narasinya membela Jokowi ketika Fahri Hamzah sendiri tidak ada kepentingann berasama dengan Jokowi yang memegang tampuk kekuasaan pemerintahan?
Mungkin apa yang dinamakan lunak dalam politik, kritis dalam politk, dan bahkan kritik pedas dalam penyelenggaraan politik. Semua berlatar belakang untuk kepentingan pribadi dan golongan memang benar adanya.
Dulu Fahri Hamzah sering mengkrtik pemerintah Jokowi, pasti mencari panggung popularitas untuk dirinya sendiri. Kini Fahri Hamzah diam dan seperti pensiun cenderung membela pemerintah Jokowi karena ada kepentingan partinya yakni Gelora.Â
Baiklah lupakan politik dinasti dan sebagainya. Mungkin kita harus sepakat apa yang disampaikan oleh Fahri Hamzah, tidak ada dinasti dalam demokrasi. Kita harus sepakat itu supaya pembicaraan mengenai dinasti politik Partai Gelora dalam mendukung anak dan mantu presiden dalam pilkada selsai.
Lepas dari dinasti politik, saya mengira upaya yang dilakukan oleh Partai Gelora dalam mendukung Gibran dan Boby merupakan salah satu wujud komitmennya pada Jokowi untuk membuktikan benar bahwa Partai Gelora ingin terjun dam masuk didalam kumpulan partai yang mendukung pemerintah.
Kita harus sepakat Partai Gelora tidak mendukung dinasti politik, tetapi Partai Gelora menurut saya mendukung siapa-siapa yang punya kekuasaan dan modal, untuk itu Partai Gelora mendukung Gibran dan Boby di dalam pilkada 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H