Sebagai langkah Luhut, ada tiga strategi yang akan dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka penyebaran Corona. Pertama, operasi yustisi, peningkatan manajemen perawatan pasien Covid-19, dan penanganan spesifik klaster-klaster penularan di tiap provinsi.
Maka dari itu dengan timpang tindahnya tugas mentri Jokowi dalam menangani kerja mentri dan dianggap banyak pihak sering salah menempatkan tugas mentri, yang terkadang bukan di bidang masing-masing membuat kerja mentri sendiri carut marut.
Dilain pihak juga dinilai masyarakat tidak merubah apa-apa dengan gagasan mereka karena mentri tidak dapat mengimprovisasi tugas sebagai secara kreatif dan inovatif.
Ditambah sikap presiden dimana menteri hanyalah pembantu presiden yang hanya mengikuti visi presiden, bukankah system seperti itu mematikan kreativitas mentri dalam bekerja?
Carut marut mentri dan pemerintahan saat ini, poltik hanya nurut pada kekuasaan siapa-siapa yang lebih berkuasa dalam lingkaran pemerintahan. Seperti tidak memikirkan nasib rakyat untuk lebih baik, bukankah harus ada himbauan jika pemerintahan ketar-ketir dalam menangani corona?
Mengapa ditengan krisis kesehatan akibat corona ini mentri kesehatan harusnya tidak memperbolehkan konser kampanye digelar, tetapi tetap dapat di gelar alasan dari KPU pusat dan KPU daerah tetap menggelar kampanye pilkada dengan konser musik?
Mungkinkah kini pemerintah menghamba hanya pada kepentingan politik? Konser musik untuk politik yang memungkinkan krumunan juga tetap digelar padahal itu potensi nyata ancaman kluster virus corona? Entahlah, rakyat sudah cerdas, biarkan mereka menilai sendiri pemerintahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H