Saya tidak lagi sedang merendahkan kapasitas orang dalam pengetahuan, intelektual, dan keberhasilan hidupnya. Tetapi penjabat public seperti mentri besar harapannya untuk dapat merubah nasib suatu bangsa, dimana ada sekumpulan masyarakat yang berharap nasibnya lebih baik termasuk juga dengan adanya seorang presiden dalam mengambil suatu kebijakan.
Maka saya seperti sangsi pada mentri-mentri Jokowi yang tidak sesuai di bidanya tetapi di ploting dalam jabatan tersebut. Karena tidak jarang mereka menuai pro kontra yang dalam kebijakan sebagai mentri sendiri kurang efektif terasa di masyarakat, sebagai sebuah kebijakan untuk perubahan yang ada dalam bidang pekerjaannya tersebut untuk hajat hidup masyarakat.
Seperti mentri pendidikan Madiem Makarim yang sama sekali tidak punya sumbangish dalam ranah dunia pendidikan dan bertindak sebagai intelektual public yang tahu seluk beluk kebudayaan masyarakat indonesia.
Begitu juga mentri agama Fachrul Razi yang berasal dari jendral militer yang kemarin menjadi pembicaraan public tentang akar radikalisme di cap good looking dan hafizt menuai perbincangan publik.
Bukankah Fachrul Razi bukan agamawan yang tahu seluk beluk orang-orang beragama dan latar belakang agama? Dimana dia dulu adalah seorang jendral militer?
Masih banyak mentri-mentri Jokowi yang mungkin tidak berkompeten dibidangnya, tetapi manjadi mentri karena alasan kepentingan politik dan segala macamnya. Itulah sebab mengapa pekerjaan mentri karena mengikuti visi misi presiden seperti tumpang tindah dan banyak mentri salah tugas.
Dimana tidak berkompeten dibidangnya tetapi masih terus dipaksakan tugas tersebut kepadanya. Seperti Luhut Binsar Padjaitan dimana ia adalah seorang mentri Koordinator bidang kemaritiman dan investasi indonesia menangani kasus corona di Sembilan provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara, dan Papua.
Banyak pihak termasuk ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) "Pandu Riono" berpendapat Luhut bukan "Superman" yang handal di semua bidang dan bisa menyelesaikan masalah seorang diri. Pembenahan sistem kesehatan publik diutamakan. Presiden Joko Widodo pun diminta mengambil alih komando penanganan pandemi corona
Luhut dalam menangangi virus corona juga dikritisi oleh Pandu Riono yang menyatakan bahwa penunjukan kembali orang untuk menangani Covid adalah sia-sia. Terlebih, kata dia, orang yang ditunjuk tidak memiliki latar belakang bidang kesehatan. Dirinya pun menilai bisa saja karena tumpang tindahnya tugas mentri Jokowi, mentri kesehatan "Tarwan" mungkin bisa kedepan mengurusi investasi Negara Indonesia.
Sebagai ahli Epidemiologi, Pandu Riono juga mengkritisi langkah kerja Luhut. Menurutnya, yang paling tepat ialah pembenahan sistem kesehatan publik, mulai dari Sumber Daya Manusia, alat, obat hingga sistem rujukan di Indonesia.
Pandu Riono juga mengkritisi langkah Luhut dalam penanganan corona: "Yustisi itu langkah militer, operasi, operasi. Disangka pandemi itu perang kali pakai operasi. Â