Maka saat Rocky Gerung menjadi pembicara di UIN Banten (3/9/2020), menggunakan peci dan syal saat memberikan kuliah ilmiah dalam acara wisuda kampus. Sontak tingkahnya mendapat sorot perhatian public masyarakat yang pro dan kontra padanya. Dimana di Indonesia sendiri isu agama begitu gemilang menjadi pembicaraan masyarakatnya.
Sudah biasa terjadi dalam tatar agama mayoritas di Indonesia. Saat ada orang non agama mayoritas tersebut mengunakan atribut kultur budayanya. Orang ramai-ramai menyebut bahwa yang menggunakan sudah hijarah dari agama sebelumnya. Tetapi ketika orang agama mayoritas memakai atribut agama lain, langsung terdakwa murtad dari agamanya mayoritas itu.
Dengan berbagai kontroversi dalam latar belakang pembicaraannya sendiri di public. Terlepas dari Rocky Gerung beragama apa. Saya memang tidak ada urusan dengan Agama Rocky Gerung. Tetapi tindakannya menggunakan peci sekaligus syal, yang dalam kultural agama mayoritas tertentu identic dan melekat. Orang tahu itu bukan agama Rocky yang di kenal masyarakat. Setahu masyarakat Rocky adalah bagian dari agama minoritas di Indonesia.
Saya kira itulah, disamping alasan apapun termasuk "Peci" yang Rocky Gerung kenakan karena ditawari rektor sekaligus kultur kampus UIN Banten sebagai Universitas Islam. Dalam akun Youtubenya Rocky Mengkonfirmasi alasan memakai peci;
"Bayangkan, rektor menawarkan saya, kalau tidak keberatan ada peci. Saya bilang oke, saya mau pakai peci itu karena itu memang kultur di situ," kata Rocky dalam video Youtube Rocky Gerung Official.
Sebagai watak toleransi dalam kultural, saya katakan Rocy Gerung adalah contoh nyata toleransi untuk sesama warga Negara Indonesia dalam ranah kultur. Karena perkara agama adalah urusan masing-masing peribadi. Pertanyaan untuk kita bersama, apakah kita perlu takut mengenakan tradisi dari budaya agama orang lain?
Seperti yang masyarakat rasakan orang Islam melihat patung salib merasa risih. Begitu dengan Kristen melihat juga orang blangkonan "kepercayaan" udik dan lain sebagainya; menyangkut dengan interpretasi agama dan kultural yang berbeda.
Saya kira Rocky Gerung patut di apresiasi selain ia toleran pada kelompok-kelompok anti pemerintah menyuarakan idenya. Dirinya juga patut di apresiasi karena kesadaran akan kebudayaan. Dimana budaya "kultur" adalah milik semua manusia. Sedangkan agama harus dipercaya sebagai ruang privat di dalam diri manusia masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H