Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Komnas PA, Lutfi Agizal, dan Kata "Anjay" Kesalahan Kita

29 Agustus 2020   15:25 Diperbarui: 2 September 2020   10:22 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi seorang anak yang sedang mendengarkan sesuatu. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Kata anjay yang saya ketahui memang telah popular sejak lama dikalangan orang dewasa. Sebab teman saya sendiri baik di kantor maupun dipergaulan sehari-hari sudah terbiasa menggunakan kata "anjay" sebagai ungkapan ketidak puasan.

Tetapi mengapa kata anjay sendiri akrab di telinga anak-anak tidak di desa maupun di kota disebabkan oleh media social, salah satunya yang sangat berpengaruh menurut saya adalah status WA.

Mengapa saya sebut status WA atau Whatsapp menjadi faktor yang sangat berpengaruh tersebut? Karena saya justru mendapati bahwa orang-orang mengungkapkan kekecewaan atau ketidak puasannya pada sesuatu melalui status WA; akrab dan tertulis dengan kata "Anjay".

Itulah sebab anak-anak menggunakan kata "Anjay" dikarenakan sudah menjadi tren sebelumnya di status WA dikalangan orang dewasa. Bukankah saat ini main WA sudah menjadi aktivitas utama anak-anak berkomunikasi dengan temannya?

Inilah mengapa anak-anak menjadi korban pendidikan yang sebenarnya orang-orang dewasa sendiri yang telah mengajarinya. Saya kemarin juga sontak kaget melihat status WA ponakan saya "cewek" yang masih duduk dibangku sekolah Dasar.

Dalam status WA tersebut bersama dengan teman-teman sekelasnya, ia "ponakan" saya membuat video dengan aplikasi like lalu dibagikan di status WA. "Jika tidak tahu aplikasi "like" sejenis aplikasi "tik-tok". Saya kaget caption di status WA tersebut bertuliskan "Anjay".

Kata "anjay" dibuat caption WA sendiri oleh ponakan saya, pendapat saya berlatar dari kekonyolan mereka dalam membuat video tersebut.

Sepertinya kata "Anjay" dalam interpretasi anak-anak adalah hal yang membuat ketidakpuasan dan ketakjuban pada ulah konyolnya sendiri atau orang lain yang ia tafsir sebagai sesuatu yang konyol dan harus mendapat olok-olok.

Tetapi kembali lagi pada status WA, bukankah orang dewasa sendiri saat dirinya mengunggah konten di status WA, entah video Prank atau gambar-gambar yang lucu sudah terbiasa dengan caption "Anjay"?

Dalam wacana pengguna aplikasi WA sendiri saat ini bukanlah hanya orang-orang dewasa tetapi juga anak-anak adalah pungguna aplikasi WA, yang pasti membaca caption tersebut sebagai unggahan orang-orang dewasa.

Maka dari itu dengan berkembangnya kata "Anjay" sebagai kata yang popular dari kalangan orang-orang dewasa di media sosial sendirilah yang mempengaruhi anak-anak untuk menggunakan kata "anjay" sebagai sebuah kata yang biasa.

Oleh sebab itu kata "anjay" sudah terlanjur dipahami oleh anak sebagai bahasa sehari-hari di media sosial menilai tingkah laku mereka sendiri. Bahkan menilai orang-orang yang disebutnya sebagai konyol dan patut menjadi bahan olok-olok, yang dapat menertawakan anak-anak sudah umum memakai kata "anjay" sebagai kata komentar.

"Menjadi pertanyaan bersama  dengan gagapnya baru-baru ini KPAI memperkarakan kata "Anjay" jika dilontarkan anak-anak mengolok-olok dapat memenuhi unsur membuat keresahan dan kekerasan yang sifatnya verbal".

Mungkinkah kita hanya akan menyalahkan anak-anak? Diruntut secara adil dan bijaksana anak-anak bagiamana pun tingkahnya tetap mengikuti polah orang-orang dewasa. 

Sedangkan saat ini banyak media menyebarkan cara mengikuti tingkah orang dewasa termasuk kata "anjay" yang sebelumnya dipopulerkan orang-orang dewasa.

Gagap Komnas PA mengadukan Anak-anak

Seperti diketahui, kata "Anjay" ramai dibahas usai "dibahas" oleh artis sekaligus youtuber, Lutfi Agizal di chanel Youtube miliknya. Lutfi Agizal bukan hanya membahas tetapi juga mengadukan anak-anak memakai kata "Anjay" ke Komnas Perlindungan Anak.

Dengan tindak lajut terhadap laporan tersebut pihak Komnas PA menilai kata "Anjay" memang tidak layak digunakan anak-anak. Sebab ketua Komnas PA sendiri "Arist" mengatatakan bawasannya: siapa pun tidak boleh "bercanda" yang nilainya merendahkan martabat.

Menurut Aris, ketua Komnas PA kata "Anjay" bermakna kasar yang sepadan dengan kata "Anjing" memang tidak salah. Arist juga mengatakan menurutnya, anak yang menggunakan kata "Anjay" bisa diadukan ke KPAI. Mengingat kekerasan verbal juga diatur dalam undang-undang Negara.

Memang dengan persamaan kata "Anjay" tersebut dengan "Anjing" saya juga sependapat. Tetapi saya tidak sependapat jika anak-anak sebagai obyek kesalahan dalam hal ini mengingat yang mempopulerkan tersebut adalah orang dewasa melalui media social mereka termasuk status WA.

Seharunya KPAI kalau memang menerima aduan kata "Anjay" bila digunakan anak-anak dan memeperkarakan itu sebagai sebuah kekerasan, bukankah orang dewasa juga layak ditindak selaku pihak yang mempopulerkan kata "Anjay" tersebut kepada anak-anak?

Inilah kegagapan KPAI dan orang dewasa yang diwakili oleh Lutfi Agizal di mana sebagai orang-orang dewasa sendiri tidak dapat menilai masalah dari latar belakang masalah itu muncul. Saya kira dengan pembahasan kata "Anjay" ini ada indikasi kegagalan orang dewasa dalam mendidik anak-anak.

Lebih celakanya lagi, seperti lempar tanggung jawab bawasannya semua orang dewasa melemparkan tanggung jawab kesalahannya sendiri dengan bukti ungkapan "anjay" kepada anak-anak.

Jika KPAI bertindak dalam upaya melanggar hukum kata "Anjay" digunakan anak-anak, saya kira lebih baik mereka mengeduksi orang dewasa dulu untuk santun dalam bermedia social. Jangan langsung memvonis bahwa anak-anak salah tanpa tahu latar belakangnya.

Memang dalam hal ini semua salah tidak hanya anak-anak kini yang sudah biasa dengan menggunakan kata "anjay". Tetapi yang patut bertanggung jawab adalah orang dewasa itu sendiri.

Jika memang Komnas PA dan Lutfi Agizal terus memperkeruh masalah ini bukti bahwa orang dewasa saat ini. Siapapun tidak dapat mencontohkan hal yang baik dan cenderung mempermasalahkan sesuatunya.

Tentu sebenarnya orang dewasa itu yang ciptakan sendiri kesalahan itu kebetulan berdampak pada anak-anak seperti populernya kata "Anjay" berawal dari media social khusunya status WA.

Jadi dewasalah sebagai orang dewasa untuk kita semua termasuk Komnas PA dan Lutfi Agizal. Anak-anak tidak pernah salah, karena siapa yang mengajari mereka adalah kita orang-orang dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun