Selagi angin masih berhembus dari selatan, tidak mungkin gerangan disana membuat suatu kenistaan dalam hidup. Tetapi, apapun bentuk dari segala kenistaan, ada kalanya itu dibuat oleh diri manusia sendiri.
Memang yang terus menjadi rancu, keinginan yang mulai banyak. Pikiran yang selalu berpikir bagaimana hidup ingin dibahagiakan. Menjadi sandungan hidup yang harus dihadapi oleh manusia.
Tetang diri, apakah aku harus membunuh diriku untuk hidup lebih tenang malam ini? Kenyatanya menjadi aku kini, bercita-cita, bermimpi, hanyalah sebuah kebodohan dari hidup yang sebenarnya menyiksa diri sendiri.
"Batin, jiwa, dan segenap pikiran. Jenihkanlah diriku sekali waktu saja dalam sehari, supaya dalam ketenangan menjalani hari-hari, aku dapat memenuhi kontemplasiku, menyembuhkan segalanya yang harus sembuh".
Apakah salah hidup banyak keinginan itu? Seperti para lajang disana yang ingin hidupnya ditemani oleh bidadari-bidadari cantik. Lamunan pada sitiap nasib. Magrib kali ini sebenarnya ingin aku kutuk dia bersama beratnya pikiran ini dalam berpikir.
Tentang sesuatu yang kini menjadi nasib. Bayangan hidup selalu saja terbayang. Sudahkan manusia hidup tidak membunuh dirinya sendiri? Dengan keinginan nyata lebih baik memang dibunuh saja.
Derita dan segudang penderitaan adalah faktor diri. Karena aku ini adalah orang-orang yang telah terkubur pada ilusi keinginan. Cenderung memaksakan diri, apakah aku ini memang orang bodoh yang seharusnya menjadi bodoh saja untuk tenang?
Dalam bayang kenyataan kewarasan manusia selalu saja memperberat dirinya. Waras berarti dalam gambaran manusia abad ke-21, selalu mempertanyakan diri, sudahkah kali ini manusia berkeingianan?
Berbagai referensi hidup, nyata dalam bayang bait ini, menjadi hiburan dalam sudut-sudut internet. Dimana selain hiburan juga terkandung imajinasi keinginan, yang lagi-lagi jika tidak mampu merealisasi keingianan itu menjadi kesengsaraan.
Tetapi langkah beruntungnya orang yang dapat merealisasi bentuk keinginan imajinasinya. Ia akan menjadi orang yang paling bahagia didunia. Namun dalam langah bayang hidup ini, semua seperti terkutuk untuk tidak dapat lepas dari penderitaan.
Kebahagiaan pun sebenarnya memanggil, tetapi alangkah naasnya manusia. Banyak buku-buku pengembangan diri tentang keinginan hidup bahagia. Mengembangkan diri dalam eksplorasinya, bahwa keberhasilan hidup harus mereka wujudkan apapun caranya.