Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mengenal Manggleng, Cemilan Legendaris Salah Satu "Isi Palsu" Kaleng Khong Guan

22 Agustus 2020   09:55 Diperbarui: 25 Agustus 2020   06:17 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:4.bp.blogspot.com

"Memang dalam kenyataannya: tidak ada satupun cemilan dari kampung atau kota. Sebab rata-rata cemilan berbahan sama yang membedakan adalah penyajiannya secara tradisional atau modern".

Namun penyajian dan cara pengemasannya sendiri sesuatu yang menjadi jurang pemisah. Cemilan pun nyatanya ada kelas yang mengiringinya, itu sesuatu yang tidak dapat kita tolak.

Apa yang saya maksud dengan cemilan adalah makanan ringan. Yang biasa oleh orang-orang sebut juga ngemil--- nama aktivitas pada saat melakukannya.

"Menjadi istilah yang akrab di telinga kita bersama. Sedang apakah kamu di rumah? Menonton televisi sembari ngemil".

Dalam kehidupan sehari-hari ngemil memang sesuatu yang tidak dapat lepas dari aktivitas manusia, karena ngemil sendiri sebenarnya sama judulnya yakni "makan".

Jenis makanan ringan atau cemilan umumnya berbahan sama. Meskipun penyajian serta pengemasan seringkai dijumpai berbeda menurut sisi di mana kebudayaan itu dilakukan modern atau tradisional.

Namun tetap masing-masing yang membuatnya mempunyai cita rasanya sendiri baik secara tradisional maupun modern yang produksinya dari pabrik dengan alat-alat canggih atau alat seadanya.

Maka ada banyak sekali cemilan yang populer di kalangan masyarakat kita, yang ke semuanya memang dari hasil pertanian yang ada di desa.

Tidak dapat disebutkan satu persatu tetapi yang populer di kalangan masyarakat desa. Banyak pilihan bahan yang dapat dijadikan cemilan disajikan secara tradisional.

Berbeda dengan cemilan modern berbasis di kota yang biasanya produksinya disesuaikan dengan selera pasar. Oleh sebab itu pilihan dari bahan cemilanya tersebut pun tidakalah variatif mengacu kebutuhan pasar.

Rata-rata bahan cemilan modern didominasi hanya berbahan singkong, jagung dan tempe, yang lainnya sendiri belum begitu populer.

Maka dari itu banyak sekali peluang bisnis sebenarnya yang bisa digali dari berbagai bentuk cemilan yang berkembang tradisional di desa.

Sebab di desa, nasi juga dapat diolah sebagai cemilan. Dari bahan nasi sendiri bisa dibuat: jangkring nasi kering yang digoreng, kerupuk gendar, serta rengginang.

Tidak ketinggalan dengan bahan-bahan lainnya di desa seperti gadung, pisang, serta tales, bahkan ubi-ubian lain pun sering dijumpai sebagai cemilan dengan pengelolaan tradisional yang dari segi rasa juga menarik.

Namun yang pasti jika di desa banyak sekali cemilan tradisional yang dijumpai dari pada di kota yang mengandalkan cemilan modern.

Di mana kepopuleran cemilanya menjadi minat utama orang-orang ngemil sebagai aktivitas pengganti makan besarnya sembari melakukan aktivitas kecil contohnya bekerja atau menonton televisi.

Dalam artikel ini saya akan membahas satu cemilan yang sebenarnya berbahan populer yakni singkong. Tetapi dalam penyajiannya dan ketradisionalannya seperti tidak lekang oleh jaman.

Di mana bagi keluarga saya, ini adalah cemilan legend setiap waktu panen tiba di desa saya pasti membuatnya. Betul sekali berbahan singkong namanya adalah manggleng.

Apa itu manggleng?

ilustrasi: dokpri
ilustrasi: dokpri
Sebelum langsung jauh ke pembahasan manggleng itu sendiri, mungkin cerita riwayat manggleng menjadi cemilan legend bagi keluarga saya menarik juga untuk disimak.

Sebab setiap tahun pascapanen singkong ibu dan bapak saya selalu membuat cemilan manggleng ini untuk kebutuhan cemilan di dalam rumah tangga sendiri.

Alasanya membuat manggleng sendiri karena memang bahannya ada yakni singkong yang ditanam di kebun pertanian bapak saya. Lagi pula dengan membuat sendiri, dapat menghemat biaya. Tentu memaksimalkan hasil pananen juga di desa.

Selain manggleng, ibu dan bapak saya juga sering membuat renginang, kripik gendar, serta kecimpring jika memang bahannya ada. Ibu saya termasuk rajin membuat cemilan.

Pertimbangannya adalah ketika musim hujan nanti datang. Tanpa cemilan sebagai aktivitas pendukung saat turun hujan, sudah pasti beraktivitas di kala hujan akan sangat terasa hambar.

Di sisi lain jika di rumah ada bahan mentah seperti krupuk gendar, rengginang, dan lain sebagainya termasuk manggleng.

Bahan cemilan suatu saat juga dapat dibawakan saudara-saudara yang berkunjung ke rumah untuk oleh-oleh.

Tidak jarang ketika lebaran pun disajikan di meja. Karena sifat cemilannya tradisional, tidak ada wadah untuk membungkusnya. Rata-rata meminjam bungkus lain.

Inilah mengapa sering ada meme ketika lebaran bungkusnya Khong Guan isinya bukan biskuit tapi manggleng. Orang terkecoh, dikira Khong Guan asli ternyata palsu. Dan itu sering dibuat meme saat akan lebaran tiba.

Membuat Manggleng

ilustrasi:4.bp.blogspot.com
ilustrasi:4.bp.blogspot.com
Alasan hasil panen singkong selalu dibuat manggleng adalah harga jual singkong sendiri yang terbilang murah. Oleh karena itu ibu dan bapak saya berpikir bagaimana singkong menjadi makanan yang menarik serta dapat bertahan lama.

Untuk menjawab alasan tersebut yaitu diolah sedemikian rupa. Salah satu alternatif terbaik mengolah singkong adalah dibuat menjadi cemilan yang tahan lama.

Di samping itu juga membuat orang-orang tertarik untuk memakannya karena sudah diolah sebagai cemilan.

Membuat manggleng sendiri sebenarnya tidak lah ribet jika dilakukan secara tradisional. Pertama singkong memang harus dilepas dulu dari kulitnya.

Dipotong bagian-bagiaanya sampai kecil-kecil supaya mudah direbus. Pada saat direbus bumbui dengan bumbu sesuai selera, biasanya oleh ibu saya rasa asin dan gurih.

Setelah sudah selsai direbus kemudian di potong-potong lagi tipis, setelah itu dijemur hingga kering. Biasanya oleh bapak saya dijemur selama tiga hari dengan intensitas cahaya yang bagus dan panas supya cepat kering.

Lalu ketika sudah kering digoreng, kalau memang dibutuhkan bumbu lagi bisa tergantung selera masing-masing.

Tetapi yang sudah-sudah, ibuku selain rasa gurih dan asin, manggleng juga sering dibuat "plok des" istilah manggleng dibumbui dengan cabai yang dilumuri rebusan gula merah. Rasanya tidak kalah juga enaknya.

Meskipun sering disebut juga Khong Guan palsu, tetapi dengan varian rasa serta dibuat cemilan yang enak walaupun secara tradisional manggleng tetap bukan cemilan kualitas kaleng-kaleng.

Manggleng tidak kalah enak juga dengan biskuit atau cemilan yang diolah modern di kota. Sudakan kalian pernah ngemil manggleng? Orang desa pasti sudah biasa makan manggleng. Beruntunglah anda sebagai orang desa, tidak beruntung kalau belum pernah makan manggleng.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun