Bukankah jika keadaan mendesak tanpa di didik militer rakyat dapat menjaga dirinya masing-masing yang nantinya dapat untuk cadangan pertahanan Negara?
Apakah dalam perang memepertahankan kemerdekaan dulu rakyat di didik jauh-jauh hari? Apa lagi saat ini, bukanlah dimasa krisis keamanan dunia yang akan berpotensi perang. Saya rasa pasukan cadangan pertahanan Negara tidak perlu.
Karena bisa saja rakyat sipil yang diakui sebagai militer cadangan pertahanan Negara akan menjadi klompok-klompok radikal yang sudah terlatih. Dimana nantinya hanya akan membuat kacau keamanan masyarakat dan Negara itu sendiri.
Ditambah mahasiswa sering melakukan demo, apakah nantinya tidak digunakan untuk kepentingan politik? Dimana nantinya hanya akan membuat kacau karena sebelumnya telah dididik cara-cara pertahanan diri militer dalam setiap aksi demonya?
Masyarakat Indonesia meski mengaku beradab dan segala macamnya kenyataannya arogansi tetaplah menjadi kepercayaan utama. Kini jika memang bangsa kita beradab, apakah tawuran pelajar di ibukota ada?
Atau dengan ormas-ormas itu, bukankah tidak akan seperti preman? Di banyak wilayah kota besar banyak kasus pungli, nama ormas sebagai alibi melakukan pungli tersebut adalah hal biasa.
Oleh karena itu watak arogansi yang masih membara lebih baik warga sipil jangan dididik komponen pertahanan Negara. Apa lagi sejenis militerisme meskipun beda nama bela Negara sekalipun. Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H