Bapak saya sebagai petani pun tetap menanamnya walapun sedikit untuk lauk sayuran kami dirumah. Lalapan kecipir yang saya makan hasil produksi sendiri membuat saya teringat. Saya dulu oleh teman saya sering disindir berasal dari desa kecipir.
Tidak lebih begitu cerita mengapa desa Karangrena disebut desa kecipir. Lahan pertanian yang luas, tanah yang subur, petani yang gemi dalam menanam, hingga produksi kecipir yang mendominasi wilayah. Itulah mengapa desa Karangrena disebut desa kecipir di samping jarangnya petani desa selain Karangrena menanam sayuran kecipir. Â
Maka disayangkan i-con"kecipir" yang melekat dengan desa saya semakin tenggelam karena bukan lagi komoditas utama. Ditambah dengan berbagai problem yang dihadapi sayuran "kecipir" itu sendiri dengan berbagai stigmaa dan harga pasar yang kian tidak bersahabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H