Berbeda bukan, ketika Anda seorang anak presiden? Bapak Anda pasti punya keinginan yang sama-- suatu saat dapat mengikuti langkahnya. Begitu juga saat ini anak Jokowi, di bidik untuk menjadi presiden masa depan. Salah? Kata siapa? Tidak salah dong. Yang salah adalah Saya membayangkan Anda bukan langsung Saya membayangkan anak Jokowi saja.
Tetapi tidak apa-apa. Harapan menjadi "humor" banyak orang yang ada disini mungkin seperti itu. Sama halnya menjadi anak Sapardi supaya dapat dengan mudah menjadi penulis terkenal, naskahnya diterima dengan mudah penerbit-penerbit besar. Harapan ini bagi orang-orang yang sering menulis sastra disini sudah pasti bercita-cita menjadi sastrawan.
Bagi yang mungkin sering menulis rubric politik dengan analisa-analisa tajamnya. Saya banyangkan Anda menjadi anak Jokowi bukan tanpa sebab. Mungkin saja kan? Iya mungkin saja, namanya Saya juga menduga, boleh kan? Cita-citanya menjadi presiden atau politikus kondang. Maka dari itu saya bayangkan Anda menjadi Anak Jokowi.
Dalam ranah kenyataan, bukan ranah membayangkan. Tidak semua memang anak akan mengalami nasib yang sama dengan bapak-bapaknya. Tetapi setidaknya nasib akan membawa pada kecerahan hidupnya, jika hidup-hidup bapak kita punya posisi yang lumayan kaya dan dapat ditumpangi nasib kita seperti presiden Jokowi atau sastrawan Sapardi.
Saya dan Anda pasti berandai-andai bukan? Bagi Anda yang paham sekali jalannya peta politik dengan analisa yang mempuni. Pasti sesekali ingin menjadi pelaku politik saat politikus-politikus berkualitas bawah ngomong di acara televisi tanpa dialog yang mencerahkan publik, istilahnya setengah cerdas berbeda dengan Anda.
Juga dengan Anda yang bermimipi menjadi penulis terkenal. Sudah beribu-ribu menulis artikel sastra disini tetapi untuk menerbitkan buku saja masih modal sendiri. Pasti Anda membayangkan kan? Andai saja Anda anak sastrawan masyur? Mendompleng nama bapak untuk menerbitkan karya-karya anda?
Bukan, saya tidak sepenuhnya membayangkan Anda. Jangan tersingung jika Anda tidak begitu jika dibayangkan. Saya hanya merenung sembari menulis, apakah Anda berpikir demikian yang saya tulis? Jika Anda iya, tidak jauh pengandaiyan dan harapan Anda dengan saya sama tau. Hahaahahah. Humor malam! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H