Untuk itu di desa saya peringatan Agustusan atau hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia tahun 2020 yang ke-75, tentu terasa berbeda sekali, yang biasanya "semarak" kali ini tidak terasa semaraknya dan cenderung sepi.Â
Tetapi ini dirasakan bukan hanya di desa saya, tetapi sama juga di desa-desa lainnya, bahkan sampai dengan wilayah perkotaan di Kabupaten Cilacap.
Terlepas apapun keputusan pemerintah itu, yang tidak menginstruksikan untuk digelar acara-acara yang sudah menjadi tradisi meperingati hari ulang tahun Republik Indonesia. Justru masyarakat tidak dibebankan biaya sumbangan dan lain sebagainya.Â
Mengingat di masa pandemi Covid-19 ini, ekonomi sedang carut-marut. Maka pilihan yang tepat setiap acara yang membutuhkan dana besar tidak digelar.
Meskipun dana tersebut dari uang kas RT dan lain sebagainya, nyatanya dengan tidak digelarnya acara justru dapat berhemat untuk acara tahun-tahun berikutnya ketika sudah normal.Â
Namun seperti acara tirakatan yang baru lima tahunan lalu menjadi acara rutin di RT saya tetap dilakukan kegiatannya.
Di mana pada acara tirakat tersebut: "mendoakan segenap jasa-jasa para pahlawan yang dengan gagah berani berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, yang manfaatnya dapat dirasakan hingga kini maupun anak cucu nanti".
Selain tirakatan yang tetap ada sebagai identitas hari ulang tahun kemerdekaan di desa saya saat ini di masa covid-19.Â
Tetap terpasangnya gapura bambu di depan rumah masyarakat, selain bendera dan umbul-umbul, beruntungnya tetap ada sebagai nuansa yang melekat bagian dari peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
Sejak tiga tahun yang lalu "lampu fliplop" yang dihias dengan bambu meninggi juga menjadi aksesoris wajib memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia di desa saya, yang dapat menjadi warna baru semaraknya memperingati hari kemerdekaan.