Hasilnya memang dapat lebih hemat pengeluaran belanja, itu sudah pasti dengan jarangnya ibu saya membeli gas.Â
Bahkan untuk ukuran satu tabung gas 3kg, oleh ibu saya dapat digunakan  dalam jangka waktu satu bulan lebih.  Â
Masih banyaknya sumberdaya alam seperti kayu di desa saya membuat ibu saya seperti tidak mau lepas dari peran tungku atau pawon.Â
Sayang jika kayu bakar yang banyak tidak digunakan hanya menjadi makanan rayap di tempat kayu atau terbengkalai dipekarangan rumah.
Bagi yang tidak akrab kata "Rayap" adalah binatang kecil berbadan putih berkepala kuning yang jika dirumah menghabiskan kusen atau kayu penyangga gendeng.Â
Sering ditemukan juga menghabiskan kayu lemari. Selama ini jika kayu bakar tersebut di tamping tertumpuk di tempat kayu, jika tidak digunakan jelas dan pasti akan habis oleh rayap.
Konsitensi ibu saya menggunakan tungku juga di ikuti oleh tetangga yang ingin hemat biaya untuk membeli gas. Tetangga saya rata-rata menggunakan tungku untuk memasak air.Â
Karena seberapa banyak memasak air walapun butuh api yang lama untuk memasaknya sudah tidak khawatir biaya lagi untuk membeli gas.
Pertimbangan lain tetangga saya juga sudah tidak mau mengkonsumsi air isi ulang yang jika dibandingkan dengan air masakan sendiri lebih segar air tersebut.
Sebab di desa masih banyak sumur yang airnya tidak terkontaminasi dengan kaporit yang biasa digunakan air PDAM--- menjadikan jika masak sendiri kesegaran air terjaga.
Begitu juga air isi ulang dengan biaya untuk membelinya, jika masak sendiri dapat menghemat biaya. Ditambah kualitas air isi ulang tersebut dipertanyakan kebersihannya.