Pengetahuan (Jnana): Jalan pengetahuan atau Jnana dalam hal ini adalah manusia mampu atau tidak membuat dirinya menjadi terdidik. Dimana kebenaran atau kesadaran manusia adalah dimulai dari pengetahuannya sendiri. Karenanya ketika manusia berpengetahuan disanalah ia akan mengetahui solusi dari masalah hidupnya sendiri dan masyarakat yang ada disekitarnya.
Perbuatan (Karma): Kerja, kurang lebih artinya adalah praktek atau karya yang dapat diperbuat oleh dirinya menjadi sesuatu yang bermanfaat pada kehidupan bukan hanya omongan dan teori. Maka jika ingin menjadi manusia luhur, berjalanlah dengan perbuatan yang nyata bagi diri sendiri terlebih dahulu, yang jika memang diri sendiri sudah mampu berbuat untuk kehidupannya, bukan tidak mungkin ia akan dapat berbuat untuk masyarakat banyak.
Prilaku (raja): Disebut juga etitude yakni mencakup segala bentuk prilaku, etika berbahasa, tingkah laku, tata karma dan lain sebagainya. Karenanya sebagai manusia kebiakannya, pengetahuannya, serta sikap kedewasaan merupakan cermin nyata dari sebuah etitude manusia yang berbudi luhur.
Dengan filsafat kepemimpinan Trisula Wedha yang di wacanakan Raja Jayabaya sendiri memang tidak mudah mengaplikasikannya dalam menjadi manusia berwatak pemimpin. Tetapi bukan berarti tidak ada manusia yang dapat mempunyai sikap keluhuran tersebut yang digambarkan Trisula Wedha sebagai pemimpin masyarakat.
Maka dari itu dengan faktor kepemimpinan Negara, selalu saja harapan keadilan muncul. Serta harapan jauhnya pemerintahan Negara dari segala bentuk kebobrokan. Sedari dulu masyarakat nusantara "Jawa" secara kebudayaan selalu menantikan hadirnya satria piningit representasi dari raja yang adil dan bijaksana sebagai pemimpin mereka yang akan memperbaiki kehidupan manusia.
Tidak lain adanya falsafah yang diwacanakan Raja Jayabaya tentang "Trisula Wedha" yang dalam pengetahuan senyatanya adalah filosofi "kepemimpinan" tersebut bukanlah suatu ramalan tetapi wacana pengetahuan.Â
Menurut saya "Trisula Wedha" merupakan sisi pengetahuan yang didalamnya dicampuri dengan symbol, mistik, serta tradisi yang membudaya masyarakat Jawa secara turun temurun menjadi suatu keyakinan kolektif masyarakat Jawa..