Selain itu perusahaan-perusahaan besar juga sama. Tetap dikucurkan insentif supaya tetap berproduksi. Menahan supaya tidak ada gelombang PHK lagi seperti yang dilakukan oleh perusahaan tempat kerja saya dulu. Tidak dipungkiri setengah bulan gaji saat ini nilainya sangat berharga dari pada kariyawan terkena PHK.
Oleh sebab itu jika yang diberikan insetif hanya yang masih bekerja. Saya kira kurang menyeluruh dan kurang bijak. Ketika segala jenis bantuan tersebut itu timpang dijalankan, saat itulah keterpercayaan masyarakat akan kebijakan Negara dipertanyakan.
Apakah Negara benar-benar memihak segala lapisan masyarakat termasuk pengangguran kini yang terkena PHK dan terancam akan di PHK oleh perusahaannya? Atau dengan pemulihan ekonomi apakah hanya akan menyasar kedua segmen yakni insntif bagi pekerja bergaji dibawah lima juta dan perintis usaha?
Indonesia Tirulah Kebijakan Ekonomi Australia
Untuk sebuah kebijakan memang tidak ada kata plagiatisme, tidak dapat diberlakukakn di negara lain. Saya kira asalkan kebijakan itu memeng diperlukan oleh masyarakat, meniru pun kita sedang berbicara kemanusiaan bukan kompetisi pretasi.
Apalagi saat ini dengan masa pandemi covid-19 yang tentu menyengsarakan masyarakat dunia. Krisis, gelombang pengangguran, dan kekacauan pergerakan ekonomi sedang terjadi dan jelas tidak menentu keadaannya membuat kerugian bagi masyarakat.
Maka tidak hanya di Indonesia, Negara lain juga sama memberikan kebijakan berupa bantuan dan segala macamnya menyelamatkan masyarakat dan perekonomian Negara. Tetapi yang menarik disini adalah langkah Negara tetangga dengan kebijakan menyelamatkan ekonomi masyarakatnya.
Memang dalam narasinya daya beli itulah yang menjadi cara menyelamatkan ekonomi. Namun perbedaan langkah Negara lain, yang memang oleh pemerintah Indonesai harus ditiru. Bahkan dikaji sebagai sebuah kebijakan di Negara Indonesia sendiri supaya tidak tertinggal dalam hal pemulihan ekonomi.
Tentu ungkapan professor Ariel Heryanto akademisi Indonesia yang tinggal dan menetap di Australia melalui laman facebooknya sangat patut menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia dalam membenahi ekonomi Negara yang saat ini sedang carut-marut.
Didalam laman facebook Prof. Ariel Heryanto, ia berkata: "Karena dirinya bukan ahli ekonomi, ia mengakui belum paham kebijakan mentri keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Profesor Ariel Heryanto juga memberikan suatu perbandingan di tempat tinggalnya sana di Australia bukan gaji pegawai yang ditambah "insentif", melainkan yang ditolong adalah usaha-usaha yang bangkrut dan terpaksa memecat banyak pegawainya.