"Tidak dapat disalahkan karena kenyataannya; kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan hidup kita. Maka dari itu adanya covid-19, sudah pasti akan menjadikan semua orang takut".
Menjadi hal yang lumrah; perasaan takut karena banyak orang yang membicarakan dengan nada ketakutan termasuk kebanyakan media Indonesia dalam memberitakan covid-19 secara tidak berimbang.
Mungkin saya menjadi orang yang beruntung karena masih tertidur pulas dini hari tadi sekitar jam 02:00 WIB.
Tetapi tetap saja pada saat pagi tiba (04/8/20) semua tetangga, kolega di media sosial, heboh dengan adanya warga desa saya yang positif covid-19.
Desa saya terletak di Kabupaten Cilacap, tepatnya kecamatan Maos yang sebelumnya merupakan zona hijau untuk kasus covid-19 di Kabupaten Cilacap. Selama pandemic covid-19 berlangsung Kecamatan Maos termasuk zero kasus virus covid-19.
Oleh karena itu adanya kasus positif covid-19 pertama di Kecamatan Maos menjadi heboh di masyarakat desa saya yakni Desa Karangrena. Ditambah orang yang positif tersebut sebuat saja "XY" merupakan warga perantauan dari Jakarta yang pulang kampung libur panjang idul adh'a serta ada keluarga yang hajatan di kampung.
Persepsi adanya Covid-19 di Desa
Meskipun saat ini informasi di media sosial cepat berkembang dan masyarakat satu desa sudah mengetahui identitas warga yang terpapar positif covid-19.
Tetapi saya tidak mau membuka identitas warga desa yang positif tersebut di artikel saya. Bukan apa, virus covid-19 bagi masyarakat awam dipersepsikan sangat mengerikan, bahkan dapat memberikan stigma buruk yang terpapar plus dengan keluarga-keluarganya.
Begitu juga di desa saya, masyarakat sama halnya memahami covid-19 bagai monster yang menakutkan. Bukankah ketika kita menjaga diri dan tetap waspada mematuhi protocol kesehatan tidak terjadi apa-apa?Â