Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panitia Acara dan Dilema Covid-19

31 Juli 2020   12:28 Diperbarui: 9 Agustus 2020   00:25 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokpri

"Sematang apa pun konsep acara itu akan digelar. Tetapi ketika daya taik utama dari acara tersebut belum pasti, tidak hanya saya, siapa pun akan ngeri jika menjadi panitianya".

Memang serba salah jika kita adalah bagian dari organisasi. Saya akui saya memang belum matang dalam organisasi itu benar adanya. 

Tetapi berorganisasi, saya kira tidak lah sederhana dalam berpikir untuk hanya yang penting jalan, kemudian apa-apa dipikir nanti yang penting kita aktif terlebih dahulu.

Selayaknya organisasi adalah kumpulan dari banyak orang. Mereka ada dari latar belakang pemikiran yang berbeda tetapi menginginkan tujuan yang sama. 

Namun secara harfiah bukankah organisasi yaitu mendisiplinkan pemikiran, suara-suara anggota, serta dalam wacane ide berkonsep sendiri dalam tindakan merupakan upaya untuk lebih baik jika dilakukan dengan cara berorganisasi?

Sikap ingin matang, terstrukture, dan melalui sistem yang bagus. Saya kira itulah tujuan utama organisasi dibuat dalam mengerakan masa yaitu anggota serta siapapun yang akan berkempentingan didalamnya.

Namun lagi-lagi menjadi pertanyaan kita semua. Sudahkan organisasi ada dalam sebuah rel yang tepat? Atau dengan tidakan yang lahir dari gagasan-gagasan organisasi, sudahkah akan menjadi acuan yang mensukseskan tujuan organisasi?

Tentu pertanyaan ini mucul ketika saya aktif dalam sebuah organiasi kini yang sebelumnya tidak pernah. Dimana dalam organisasi tersebut merupakan langkah yang bertujuan bagi pemberdayaan masyarakat di suatu desa, yang kini sedang menyongsong ekonomi kreatif dengan menggelar sejenis kampung kuliner khas masyarakat desa.

Memang menjadi suatu dilema yang panjang berkreatif di masa pandemi covid-19 ini untuk mendatangkan masa. 

Tetapi tanpa masa kegiatan kreatif untuk menjaring aktivitas ekonomi sudah pasti tidak akan pernah optimal. Inilah dilema yang sedang kita hadapi dalam berorganiasi, bagaimana caranya mendaptangkan masa yang banyak.

Tidak lain, bukan kita ingin menciptakan krumunan dan memperpanjang masa pandemic covid-19 ini bukan. 

Kita hanya berpikir, saat ekonomi tidak jalan dalam suatu kewilayahan atau usaha-usaha gulung tikar seperti kampung kuliner naungan organisasi saya, disanalah kita yang ada dalam organisasi akan merasa gagal dan terpukul.

Bukan apa secara pribadi saya menyesalkan sebab dari ketidakpastian akan covid-19 sebagai wabah yang mematikan segalannya. 

Mangkraknya kegiatan ekonomi kita, disitulah perlahan-lahan kita akan mati baik organiasi serta apa-apa yang ada dibawah organiasasi tersebut seperti pasar kuliner, pedagang dan masyarakat pada umumnya menyongsong ekonomi.

Yang dinamakan sebuah kreatifitas tentu adalah aktivitas menggali ide-ide; kita didalam organisasi tidak kurang ide-ide. 

Namun terkadang ide yang kita tampilkan mengundang suatu pertanyaan sendiri adanya covid-19, dimana ketika ide disajikan menarik masa takut nanti dibubarkan oleh satgas covid-19, polisi, dan satpol pp.

Karena pada kenyataannya kita pernah lakukan itu. Panggung seni untuk hiburan pasar kuliner guna menggerakan masa tertarik datang akhirnya dibongkar oleh pihak kepoliasian akibat memobiliasasi masa yang banyak menampilan sejumlah hiburan menarik.

Serba salahnya tanpa hiburan pasar rakyat sepi. Ditambah saat ini ekonomi sedang lesu. Tetapi untuk sekala desa jika memang ada hiburan yang menarik masa datang, saya kira ekonomi masih mending jika itu di desa, yang warganya masih dapat bekerja baik sector pertanian maupun hasil-hasil dari sember daya alam seperti pasir dan kerang sungai di desa saya.

Berbeda dengan kota jika sudah krisis memang perekonomian mandeg tidak ada aktivitas yang dapat digali.

"Tidak ada daya tarik lain selain hiburan di pasar kuliner ekonomi kreatif desa saya membuat pasar kuliner tersebut hidup segan mati tidak mau."

Berbagai cara dan ide-ide telah organisasi gagas supaya pasar kuliner tidak tutup dan tetap jalan ada aktivitas ekonomi berdampak untuk masyarakat.

Tetapi lagi-lagi saya sebagai bagian dari organisasi, serta ikut dalam tata kepanitiaan ketika menggagas suatu event untuk mendatangkan masa, karena masih dalam masa pandemi covid-19 saya ngeri.

Kengerian saya kompleks, selain pernah dibubarkan secara paksa oleh tim gugus tugas polisi dan sebagainya ketika acara berlangusung. 

Secara mentalitas membuat saya sebenarnya ragu ketika membuat event mendatangkan masa lagi, yang dalam hitungan jumlah "banyak" dan berkerumun.

Disisi lain dengan ide-ide kraeatif organisasi juga tidak kalah ngeri lagi bagi saya secara pribadi. Saya ngeri bukan karena apa-apa. Dalam organisasi memang semua konsep sudah matang diwacanakan itu jelas. 

Tetapi adakalanya organisasi dalam hal ini membuat suatu event juga tanpa rencana yang baik dalam pelaksanaan.

Terkadang dengan banyak orang mengagas dan ingin berhasil membuat bagimana acara itu dapat terselenggara dengan baik tidak di persiapkan masak-masak dan cenderung tidak dipikir pelaksanaanya memuaskan yang berkepentingan atau tidak.

Dengan alasan anggota organisasi untuk tetap jalan mereka meyakinkan diri  apapun harus berani membuat acara meskipun akomodasi dalam mensuksekan acara tersebut tidak ada dari panitia penyelenggara.

"Salah satu contoh membuat karoke idol untuk sekala desa. Memang zaman kemajuan ini untuk mewartakan akses media social sungguh sangat efektif.

Tetapi yang lupa disini bahwa: netizen dengan pemikiran dan imajinasinya, apalagi dengan poster yang terpampang jika itu rapi dan meyakinkan. Imajinasi netizen sungguh berbeda dengan apa yang diimajinasikan panitia penyelenggara.

Panitia penyelenggara menginginkan acara tersebut sederhana, hanya memakai speker akif biasa untuk karaoke keluarga, itu pun dengan media youtube dan internet sebagai fasilitatornya. Tetapi bayangan calon peserta sendiri melampaui. 

Dikira nanti ada seperangkat alat music, pangung yang megah, di nilai juri-juri yang professional dan tonton banyak orang padahal panggung pasar kuliner untuk hiburan saja dibongkar.

Belum dengan wacana netizen tergiur hadiah untuk juara satu sampai tiga, yang dalam penafsirannya sendiri menggiurkan.

Karena saya menjadi panitia ada yang bertanya-tanya kepada saya perihal hadiah, penampilan untuk jadi juara, dan serta mempertanyakan keterpercayaan juri dalam memberi nilai yang dalam catatan tambahannya sendiri juri masih sama orang desa.

Apa yang ditakutkan netizen adalah ketidak adilan dalam penyelenggaraannya sendiri, yang dikira nanti karena faktor saudara dan sebagainya penilaian juri tidak berimbang. Tapi lagi-lagi ini adalah penafsiran netizen yang jelas berbeda sekali dengan panitia.

"Panitia: Tanpa acara yang wah. Bertujuan hanya menghangatkan suasana pasar kuliner serta ada kegiatan untuk hiburan yang diwacanakan mendatangkan orang adalah tujuan utamanya"

Perkara hadiah dan segala macamnya itu pun tidak panitia berikan jumlah nominalnya. Hanya apresiasi partisipasi saja untuk hiburan bersama.

Serba salah sebagai panitia tidak dibuat sebuah poster untuk media informasi tidak akan ada orang yang tahu. Dibuat secara layak poster tersebut disalah pahami oleh calon peserta atau netizen. 

Disisi lain organisasi dan kepanitiaan ingin membuat sesuatu tanpa anggaran yang dalam merogoh kocek ingin menarik masa tanpa dipikir sudah mampu mengakomodasi atau belum harapan netizen khususnya calon peserta. 

Jelas nantinya dapat berbanding terbalik dan mengecewakan peserta, apa yang diinginkan panitia sederhana tetapi peserta semarak.

Inilah kengerian menjadi panitia dalam suatu acara dimasa pandemi covid-19 mendatangkan masa untuk kelangsungan ekonomi. 

Disisi lain mampu membuat ramai suasana banyak mendatangkan masa ngeri dibuburkan lagi oleh polisi. 

Kedua acara yang akan diselenggarakan panitia secara sederhana sedikit anggaran namun disalah pahami netizen seperti karaoke tadi, yang sudah saya bahas diatas akhirnya mengecewakan banyak orang. Saya "ngeri" mencoreng muka panitia sendiri yang saya ada dalam bagiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun