Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetap Terdampak Bahaya Rokok?

28 Juli 2020   17:53 Diperbarui: 5 Agustus 2020   00:25 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang dicap menggurilah, sok suci, dan dikira paling benar, adalah hal-hal yang mungkin bisa saja dilontarkan dari orang yang ingin disadarkan tersebut tetapi tidak mau termasuk para perokok dengan kenikmatan akan rokok, siksaan terhadap non perokok.

Maka saat tidak secara kebetulan ingin menyadarkan seorang perokok kenyataannya adalah hal yang sangat sulit. Untuk itu kita tidak mungkin terus komplen pada orang yang merokok disamping kita. Sebaliknya kita yang tidak merokok pun harus merasa. Mungkin yang sedang merokok itu--- sedang dipuncak kenikmatan menikmati rokok, lebih baik sadar dan langsung menghindar jika kita non perokok.

Namun kebanyakan perokok di Indonesai memang belum menemukan titik kemajuan dalam kesadaran merokok. Saya masih banyak menjumpai  orang-orang merokok dalam bus, celakanya itu menjadi hal yang biasa di daerah saya Jawa Tengah pada umumnya khususnya perokok yang sudah sepuh meskipun volumenya agak berkurang saat ini dibandung dulu.

Ditambah dengan iklan layanan masyarakat terkait dengan etika merokok saat ini jarang dijumpai di televisi nasional, membuat perokok tidak semakin rikuh merokok dikhalayak umam seperti angkutan umum.

Sebab tidak semua angkutan umum ber-AC didaerah-daerah seperti sebagian besar wilayah provinsi Jawa Tengah. Juga himbauan tidak merokok didepan umum, masih kurang dikampanyekan di fasilitas-fasilitas umum kerap masih banya di jumpai di Indonesia.

Tetapi sebagai kesadaran pribadi. Tentu saya bukanlah di dalam lingkaran perokok. Namun kepentingan untuk tetap berbaur jelas tetap harus jalan sebagai mahkluk sosial.

Menyadarkan sudah tidak mungkin karena kesadaran lahir dan timbul dari diri kita sendiri.  Apa yang masih dapat dilakukan adalah menyadarkan diri sendiri baik perokok maupun non perokok untuk sama-sama mampu mempunyai toleransi.

Cara saya menyadari diri sebagai non perokok untuk tetap berbaur dengan perokok adalah dengan cara menutupi hidung saya dengan kain atau selalu sedia masker. Tujuannya yaitu untuk sedikit meringankan beban sakit di dada serta kesesakan pernafasan yang saya derita jika dekat dengan orang yang sedang merokok.

Jika memang para perokok tersebut masih punya nurani. Dia sendiri pasti sadar dan tidak akan se-enaknya merokok didepan kita. Setidaknya setelah sadar, dia akan menjaga jarak rokok tersebut dari diri kita dan membuang asap rokonya tidak didepan kita.

Itulah pengalaman yang saya jumpai dan benar terjadi. Sebab saat kita memberi tanda tidak nyaman kepada perokok dengan sendirinya sadar. Merokok dekat orang yang tidak merkok itu merugikan yang tidak merokok.

"Maka jika merokok sadarilah keberadaan para kaum yang tidak merokok. Oleh sebab itu nikmati rokok Anda sendiri bersama dengan sesama  perokok, jangan dengan kami yang tidak merokok dadi kami terasa sesak dan sakit".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun