Lagu pertama Didi Kempot yang selalu saya ingat sampai sekarang adalah lagu "Kuncung". Kurang lebih liriknya begini: Cilikanku rambutku dicukur kuncung.....dan seterusnya.
Dulu di masa saya kecil Didi Kempot belum setenar sekarang. Namanya hanya familiar dikalangan orang-orang tua Jawa penikmat music campursari.
Saya yang masih dalam kategori anak kecil waktu itu hanya dengar-dengar saja tanpa menghayati betul lagu Didi Kempot tersebut, meskipun saya saat itu tahu pesan dari lirik lagunya.
Mungkin karena saya belum merasakan cinta dan perasaan ambyar seperti yang sering dinyanyikan Didi Kempot.
Namun setelah saya dewasa, justru saya heran dan mendengar lagu didi kempot kembali setelah viral dimedia sosial sebagai "The God Fahter of Broken Heart" dan fansnya sendiri menamakan dirinya sebagai sobat ambyar.
Setelah saya dewasa dan merasakan pahit getirnya ber-asmara, karya didi kempot memang relevan dengan jaman percintaan orang-orang milenial.Â
Di samping redupnya lagu pop nasional dari band-band terkemuka. Karya Didi Kempot mendapat apresiasi lebih dari pencinta musik tanah air, tentu juga karena faktor keringnya karya-karya baru nan segar dari para musisi nasional.
Dengan tenarnya Didi Kempot di usia yang sudah tidak muda lagi. Tetapi karya-karyanya selalu dapat mengikuti jaman.
Ditambah, kini bahasa sudah tidak menjadi hambatan, berkat teknologi, terjemahan bahasa semakin mudah diakses.
Maka dari itu tidak menutup kemungkinan bahwa musisi daerah siapapun juga dapat sukses merambah nasional seperti Didi Kempot.
"Pelajaran serta inspirasi dari Didi Kempot yang saya akan ingat untuk masa depan hidup saya adalah bahwa dalam berkarya; "jangan pernah lelah untuk berkarya". Karena pada saatnya karya akan menemukan waktunya untuk ia akan dikenal, digandrungi, dan dikenang sepanjang masa sebagai pesan jaman yang akan terus melaju".