Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Cerita dari Perantau sampai Libur Panjang Sekolah

24 April 2020   14:15 Diperbarui: 24 April 2020   20:29 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keponakan saya yang besar dan sudah menginjak bangku SMP mengajak saya memancing. Oh tidak, memancing saat menjelang siang hari bukan pilihan yang tetap.

"Menunggu siang hari menjelang sore tiba waktunya ngabuburit. Kebetulan saat ini sedang masuk masa bulan ramadhan. Memancing menunggu berbuka puasa adalah waktu yang tepat melakukan kegiatan aktivitas diluar rumah dimasa bulan ramadhan serta saat terjadi wabah covid-19 seperti saat ini".

Sembari duduk dan mengingat-ingat. Perasaan keponakan saya libur terus. Saya tanyakan padanya, sudah berapa lama kamu libur? Dia menjawab; sudah satu bulan, bahkan kemungkinan besar diperpanjang ditengah masa pandemic covid-19 yang belum juga berkesudahan.

Bagi generasi saya yang mau menginjak kepala tiga. Libur sekolah sebagai hari kebebasan anak-anak sekolah, tentu akan diabadikan sebagai dalam cerita saat saat dibangku sekolah dimasa depan.

Akankah bagi generasi saat ini dengan libur panjang sekali berbulan-bulan akibat covid-19, akan menjadi cerita menarik dimasa depan mereka suatu saat nanti?

Cerita libur sekolah masa Gus Dur hingga SBY

Bagi saya orang yang malas sekali untuk pergi ke sekolah, libur sekolah seperti keadaan hari tenang yang setiap hari ditunggu-tunggu waktunya.

Namun alasan klasik bagi siswa sekolah, tidak sekolah berarti tidak ada saku. Tetapi apalah, tetap saja kita minta ke orang tua untuk jajan dihari libur atau sekolah.

Sebab jajan bagi anak adalah keadaan yang harus ditunaikan. Memang menjadi seorang anak kalau tidak kerjannya main, ya membantu menghabiskan uang orang tua. Se'nikmat-nikmatnya menjadi manusia adalah saat menjadi anak-anak itu tidak dapat saya pungkiri.

Libur terlalu panjang juga membuat bosan. Sekolah terus apa lagi, pusing! Tetapi bagi saya masih mending libur sekolah, bisa main terus bersama teman-teman. Namun menjadi anak-anak saat ini berbeda sekali dengan ketika saya anak-anak dulu. Saya akan bercerita bagiamana anak di desa.

Anak-anak generasi 90-an dibanding saat ini. Tentu keadaannya jauh berbeda sekali, itu kenapa menjadi anak-anak saat ini kurang asyik menurut saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun