Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagi Seorang Kreatif, PHK Awal dari Segalanya

23 April 2020   18:11 Diperbarui: 24 April 2020   09:38 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PHK [Foto via linovhr.com]

"Maka teruslah bersemangat dan produktif. Berharga atau tidak berharga upaya kita, setidaknya kita mampu tetap semangat menjalani hidup sebagai manusia apapun kondisinya. Percayalah sesudah gelap masih ada terang yang menanti di sana. Tetap berkarya dan bersemangatlah, krisis ekonomi bukanlah akhir dari segalanya, namun awal dari segala-galanya". 

Saya memang masih ingin terus mengabadikan kata-kata dari quote di atas. Tentu kata tersebut terlahir dari benak saya sendiri setelah teman saya dari cabang Semarang sana mengabarkan bahwa dari 500-an orang karyawan di perusahaan tempat saya bekerja akan di PHK (pemberhentian kerja) akhir bulan April ini. 

Teman saya melihat ada nama saya dari 500-an nama itu, katanya dari Branch Cilacap, Jawa Tengah satu orang yakni saya sendiri. Kebetulan juga sudah terkonfirmasi dengan atas saya, memang benar saya kena PHK.

Bukan tidak mau memberi tahu di mana saya bekerja, tetapi sudah cukuplah bahwa saya bekerja diperusahaan Telekomunikasi ini. Perusahaan yang seharusnya sehat tetapi tetap harus mem-PHK karyawannya. 

Saya tidak menyalahkan perusahaan. Saya juga tidak menyalahkan pandemic Covid-19 ini. Setiap kejadian selalu punya garis takdirnya masing-masing. 

Meskipun saya akan gembor-gembor pada setiap orang, atau menulisnya hingga sekarat, tetap tidak akan mengubah apa-apa. Ini murni karena krisis ekonomi. Perusahaan khawatir bangkrut ketika tidak ada efisiensi di masa pandemi ini.

Tetapi yang saya dapat ambil pelajaran dari PHK bahwa "saya punya cukup banyak waktu luang untuk menulis dan menuangkan kreativitas". Lalu berkreasi dengan kata-kata yang dapat saya buat sebagai syair, misalnya sebait puisi, atau buku-buku filsofis, yang sebelumnya sudah saya garap beratus-ratus halaman.

Pertama sekali saya dengar kata PHK, saya memang tidak risau. Tidak pula langsung collapse pikiran ini bingung mau apa ke depannya. Meskipun kadang khawatir juga tidak punya uang nantinya. 

Umumlah sebagai manusia. Untung sebagai pekerja saya rajin menabung. Tentu tujuannya untuk nanti pada saat masa-masa keadaan kritis seperti saat ini. Menabung bagi saya sebagai pekerja rasanya wajib untuk ketahanan ekonomi di masa depan.

Ditambah pula saya bekerja tidak pernah betah pada satu perusahaan. Saya sering pindah-pindah perusahaan. Tidak lain saya mencari pengalaman, teman baru, dan suasana baru. 

Semakin banyak pengalaman bekerja dan kenal banyak orang, semakin kita sebagai manusia juga akan matang dalam menanggapi berbagai hal yang akan menjadi masalah dalam pekerjaan. Misalnya kemungkinan PHK atau sikap-sikap pekerja lainnya di kantor, yang katanya saling sikut menyikut demi jabatan atau mengamankan posisi jabatan.

Maka saya tidak peduli dengan itu semua. Sebab tidak bekerja pun saya masih banyak kegiatan yang masih bisa saya buat sendiri. Dalam rasa saya sendiri, saya tidak harus terikat dengan perusahaan. 

Ilustrasi berkarier (Sumber: Scoop.it)
Ilustrasi berkarier (Sumber: Scoop.it)
Meskipun tidak tahu akan menghasilkan rupiah atau tidak nantinya dalam kegiatan lain itu selain bekerja di perusahaan, setidaknya dengan kegiatan tersebut saya tetap dapat terus produktif bekerja di dalam bidang lain yakni kreativitas saya sendiri.

Karena bekerja tidak harus di lingkungan perusahaan. Proses kreatif dan membuat sesuatu secara produktif juga termasuk dalam pekerjaan manusia tersebut. 

Terpenting ada karya yang dihasilkan. Perkara menghasilkan Rupiah atau tidak itu soal lain. Maka ketika Anda sedang bekerja saat ini, masih mendapat penghasilan, sisihkanlah untuk kemungkinan terburuk seperti krisis ekonomi nantinya. Jadi dalam kondisi apapun Anda masih punya uang untuk sekaadar bertahan hidup untuk makan.

Semerdeka-merdekanya manusia memang yang masih lajang. Kita tahu plus minus antara lajang dan yang sudah berkeluarga. Tetapi apapun status kita, manusia selalu punya cara bertahan dalam kondisi terburuk apapun bentuknya melalui instingnya bertahan hidup. 

Perkaranya adalah mau atau tidak manusia menggunakan insting tersebut. Kita sudah dibekali akal dan perasaan untuk merasa ketika kita sedang dalam posisi apapun termasuk dalam posisi yang terancam.

Maka menjadi kreator atau orang-orang yang mempunyai kreativitas, yang berekspresi melaui karya seni, dalam kamus mereka tidak akan ada masa-masa sulit. Kesulitan itu hanya ketika tidak ada waktu luang dalam menuangkan kreativitasnya. 

Memang mudah saja, ketika memang keadaan memaksa ketika karya kita tidak dihargai, bekerja lagi di perusahaan pun ya bukan soal dan harus dikerjakan. Bertahan hidup merupakan cara kita melanjutkan hidup. Dan bagaimanakah melanjutkan hidup tersebut, yaitu tetap dengan dapat makan sampai dengan ajal menjemput.

Oleh sebab itu mengapa PHK bagi seorang kreatif adalah awal dari segala-galanya? Bukan dari hancur segala-galanya? Memandang apapun kita memang harus semangat, produktif, dan mencari cara bagaimana terus menyehatkan diri kita sendiri. 

Supaya dapat terus bertahan hidup ditengah masa ketidakpastian menjalani hidup ini. Bagaimanapun manusia harus tetap berusaha apapun bentuk usahanya.

Mengolah kreativitas untuk awal yang baru
Krisis ekonomi jika diibaratkan dunia dan masyarakat itu seperti sedang hibernasi. Sebab aktivitas ekonomi tersebut seperti sedang tertidur tetapi tidak pulas. Layaknya seorang tertidur, ia sedang mengistirahatkan badannya yang capek karena terlalu banyak beraktiVitas, guna merasakan segar kembali badan itu besok hari. 

Begitupula manusia saat ini yang harus berhenti dari aktivitasnya seperti bekerja di perusahaan, berdagang, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Tidak lain untuk memulai kembali dengan segar berbagai aktivitasnya di lain waktu.

Seperti saya ini karena kesibukan bekerja di perusahaan yang menyibukan kegiatan dan menguras waktu saya, sehingga daya kreativitas menulis saya luntur ditelan waktu. Ketika badan capek, aktivitas berpikir lalu menulis, bahkan membaca sekalipun, akan sangat menjadi aktivitas yang dienggankan. 

Berbeda ketika saya tidak sedang melakukan pekerjaan apapun. Saya ingat ketika saya memilih keluar dari perusahaan sebelumnya, ingin fokus menganggur untuk mengistirahaTkan badan dan pikiran. Saya ingat waktu itu menulis di Kompasiana ini bisa mencapai sekitar 30-an artikel selama sebulan.

Dari 30-an artikel itu menjadi artikel utama atau heAdline pun cukup bagus presentasenya 5 sampai 7 artikel. Memang tidak banyak , tetapi berapa artikel selama sebulan yang dikirimkan ke Kompasiana oleh Kompasianer? Saya kira bisa beribu-ribu artikel. 

Dan saya cukup bangga dengan tulisan saya, memang tidak bagus, tetapi dengan waktu yang santai, fokus menulis akan mempengaruhi segala kualitas-kualitas tulisan tersebut. Waktu itu di dalam 80-an nama yang medapat reward di Kompasiana. 

Nama saya juga masuk dalam daftar tersebut, meskipun hanya bernilai ratusan ribu. Tetapi itu prestasi, dimasa saya tidak bekerja diperusahaan, saya masih dapat terus produktif dan menghasilkan rupiah walaupun nilainya sedikit.

Maka di masa pandemi Covid-19 ini, ditambah terkena imbas PHK, sembari menunggu lowongan pekerjaan yang pasti akan melimpah setelah ekonomi normal kembali pasca pendemi Covid-19. 

Saya ingin mengawali lagi mengisi kegiatan menulis lagi secara aktif di Kompasiana. Mengolah kreativitas untuk awal yang baru setelah saya terkena PHK dari perusahaan tempat saya bekerja.

Maka dari itu dengan longgarnya waktu, saya mulai membaca buku lagi dengan giat, melihat tayangan-tayangan berkualitas di YouTube dan menikmati lagi ruang kerja menulis saya yang sering tertinggal ketika saya sedang sibuk bekerja. Di masa pasca PHK ini, saya benar-benar akan mengasah kreativitas saya lagi. 

Entah hasilnya akan seperti apa, terpenting saya masih ada kegiatan untuk menambal kesuntukan supaya tidak menjadi kaum rebahan yang sama sekali tidak produktif.

Saya beryukur dengan uang tabungan yang masih tersisa, status lajang, meskipun saya tidak dapat THR, tetapi orang-orang dari kota tidak boleh mudik atau pulang kampung. 

Saya berpendapat tidak ada bedanya mudik dan pulang kampung. Pemerintah yang banyak mendapat kritik tentang pedapat itu melalui pernyataan presiden Joko Widodo hanya ingin memperluas narasi penanganan Covid-19. Padahal dalam penanganan Covid-19 ini jelas mereka "pemerintah" sangat lalai dalam menangani Covid-19.

Tetapi peduli apa saya pada pemerintah. Saya tidak mau kritik mereka, hanya saja ketika irasionalitas kebijakan itu diambil, tidak segan-segan juga saya akan menulisnya. Sebagai warga Negara yang baik dalam demokrasi, saya harus bersuara menyampaikan pesan kritis, kreatif dan inovatif dalam menanggapi ide-ide. 

Bagi seorang kreatif, meskipun PHK menghadang, jalan untuk tetap bekerja pada kreativitasnya akan terus tetap dijalankan. Dengan waktu yang santai dan banyak luang, akan saya gunakan mengolah waktu ini untuk sesuatu yang baru dalam bidang literasi. 

Aktif lagi menyajikan konten atau tulisan sesuai dengan karakter menulis saya yang selama ini ada di Kompasiana. Mengawali lagi untuk awal dari segala-galanya, saat ini juga dimasa depan nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun