Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Geneologi Bakar-Membakar saat Krisis

12 April 2020   13:13 Diperbarui: 12 April 2020   21:15 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Kompas.com

Jika krisis memang jalan masuk sebuah kerusuhan, mungkinkah covid-19 ini yang pada dasarnya adalah wabah penyakit dalam hal ini banyak orang meyakini bencana yang tengah melanda dunia, apakah akan menjadi akar kerusuhan masyarakat  indonesia dan dunia saat ini?

Provokasi bertuliskan: "Sudah krisis saatnya membakar" yang ditulis dengan piloc di Kota Tanggerang, Provinsi Banten menjadi peringatan bagi masyarakat kita (Indoneisa). Apakah manusia-manusia yang sebelumnya punya sejarah panjang kerusuhan, intrik, korban jiwa, pemerkosaan, penjarahan dan lain sebagainya akan terjadi lagi dibalik krisis melawan pandemi covid-19?

Krisis covid-19 dan pendewasaan masyarakat indonesia

Setiap bencana atau polemik politik yang membuat tragedi masyarakat memang sepatutnya dihindari. Tetapi apakah ketika itu merupakan siklus alam, atau tragedi politik perubahan, mungkinkah dapat dihindari? Sebab setiap perkara kebanyakan manusia sendirilah yang membuatnya.

Tidak dapat dipungkiri covid-19 yang melanda dunia besar kemungkinan melumpuhkan ekonomi. Bahkan disinyalir jika kebijakan karantina dan pembatasan sosial terus digalakan pemerintahan setiap negara untuk kesehatan masyarakat, jelas akan mempengaruhi ekonomi salah satunya indonesia.

Untuk itu bahu membahu masyarakat bukan hanya penting, tetapi sangat krusial untuk menjaga stabilitas krisis baik keamanan ataupun lainnya yang dapat menyebabkan kekacauan. Maka menjadi manusia bermasyarakat diuji ketika terjadi krisis ekonomi. Apakah mereka akan berbuat destruktif atau konstruktif sebagai masyarakat?

Namun jika memang sudah mendesak, perut sudah lapar dan tidak punya uang, disanalah pemerintah tetap harus hadir. Bagiamanpun menjaga perut masyarakat tetap kenyang merupakan tugas pemerintah. Supaya potensi provokasi baik dari kepentingan politik maupun lainnya dapat diminimalisir.

Karena perut yang lapar, dan ditukangi kepentingan tetap akan kalap. Oleh karenanya disaat masyarakat dicoba krisis, reaksi dari masyarakat merupakan kematangan kedewasaannya. Dimana jika tradisi bakar-membakar tetap dilakukan dan sebagai solusi, disanalah masyarakat kita tetap akan bar-bar hati nuraninya.

Sebab covid-19 ini yang diduga juga merupakan bencana alam. Namun jika isu ini digunakan untuk kepentingan politik dan ekonomi, jelas isu kebencanaan covid-19 ini memang telah dibuat sebelumnya oleh segelintir orang. Bukan hanya orang indonesia sendiri, tetapi juga orang-orang di dunia melalui kepentingan mereka masing-masing.

Pembatasan sosial masyarakat dunia jelas akan memperburuk ekonomi dan keamanan masyarakat sendiri. Bukan hanya indonesia tetapi juga dunia rawan krisis, yang disebabkan oleh covid-19 ini. Tetapi apa-apa yang dilakukan negara-negara dunia dalam menanggapi covid-19 cenderung sangat kontradiktif. Kebijakan yang mereka ambil justru merupakan akar-akar dari potensi kekacauan tersebut.

Seperti kebijakan lockdown india yang tidak matang justru menimbulkan kekacuan sosial. Belum dengan penanganan covid-19 ini di italia, juga demikian. Menyusul amerika dan negara-negara dunia lainnya yang akan berpotensi krisis ekonomi dan keamanan akibat covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun