Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Geneologi Bakar-Membakar saat Krisis

12 April 2020   13:13 Diperbarui: 12 April 2020   21:15 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Kompas.com

Tidak memungkiri banyak orang merasa bahwa menjalani hidup dalam kesusahan itu tidaklah mudah. Bukan hanya keadaan nanti pasca tidak punya apa-apa, tetapi pada saat terjadi manusia sudah tidak punya apa-apa.

Memang brontak saat krisis tidak wajib, namun dalam budaya masyarakat indonesia yang merupakan gen-gen radikal, kejadiaannya tetap akan sulit dikontrol meskipun secara ekonomi sendiri masih mampu.

Masalahnya adalah masyarakat kita mudah terprovokasi, bahakan dipengaruhi secara politis menjadi hal biasa. Oleh sebab iti sumber dari segala kekacauan, sengaja banyak orang menumpangi isu tersebut untuk kepentingan segelintir orang.

Kronik, tidak mungkin akan terasa bila memang tidak melakukan tindakan. Itulah yang mensejarah bagaiamana sebuah protes itu dilayangkan terjadi. Kita masih ingat budaya bakar-membakar pada saat demonstrasi ketidakpuasan keputusan politik.

Atau dalam perjalanan sejarahnya sendiri, G 30 S misalnya. Membakar rumah lawan politik saat itu merupakan ungkapan kepuasan bahwa; satu aliran politik telah menang dan kekalahan haruslah ditindas supaya tidak punya apa-apa. Bahakan ketika sudah tidak punya, dan mereka kalah, di ludahi pun sah sebagai seorang pemenang.

Tetapi akar dari kekacauan tidak jauh adalah upaya merampok. Sebab dalam peristiwa kekacauan sendiri selalu saja dibalik keadaan yang tegang dimasyarakat, atau dengan ketakutan yang terjadi, segelintir orang memanfaatkan keuntungan dibalik keadaan yang mencekam.

Tidak mungkin seorang penjahat akan merampok disaat keadaan rumah sedang baik-baik saja. Maka dalam peristiwa yang mensejarah sendiri kronik-kronik itu selalu punya cerita dibalik kekacauan yang terjadi. Bukan mengedepankan kemanusiaan tetapi justru yang ada adalah mendegradasi kemanusiaan.

Kita harus ingat pada saat G 30 S, atau demonstrasi besar-besaran kepada pemerintahan orde baru tahun 1998, yang memunculkan kekacauan dimana-mana. Saat itu krisis besar ekonomi maupun keamanan terjadi. Namun apa, bukan faktor kemanusiaan yang dibentuk, tetapi malah identitas, dimana pengaruh-pengaruh politis itu mempengaruhi mobilitas masyarakat untuk berbuat radikal.

Pada saat itu kronik 1965 G 30 S, terjadi sentimen terhadap orang-orang komunis. Dimana rumah-rumah mereka dibakar, harta mereka dijarah, tidak juga sedikit kasus perempuan diperkosa. Begitu pula reformasi tahun 1998, sentimen etnik terhadap orang-orang tionghoa menjadi korbannya. Toko-toko mereka dijarah, perempuan diperkosa, dan masih banyak lain-lainya yang tidak tertulis oleh sejarah.

Karena sudah gen, ataupun sudah sikap manusia indonesia begitu. Masih kurang sadar terhadap polah kerusuhan masyarakat, dimana selalu ada yang menumpang entah masalah politis maupun ekonomi. Sebab kerusuhan sendiri adalah tradisi yang tetap akan tumbuh subur dalam ideologi mereka; para gen radikal yang penuh kepentingan.

Maka memanfaatkan sesuatu untuk keuntungan baik politis, ekonomi, selalu menjadi dalih memperkeruh kerusuhan itu apapun latar belakang terjadinya kerusuhan tersebut. Termasuk baru-baru ini, dimana virus covid-19 berpotensi akan menimbulkan kerusuhan dimasyarakat karena ekonomi yang lesu akan menciptakan krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun