Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kejahatan Melibatkan Anak-anak

11 Januari 2020   22:23 Diperbarui: 13 Januari 2020   18:10 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menghukum anak. (sumber: Thinkstock Photos via kompas.com)

Setiap lahirnya generasi baru merupakan titik untuk sebuah perubahan fenomena sosial yang akan lain dari generasi sebelumya.

Tetapi dengan segala bentuk perubahan itu, apakah bukan transformasi saja yang cenderung evolutif, bawasannya semua diruntut memang ada akar dari generasi sebelumnya?

Uang dengan segala kegunaannya memang sangat dibutuhkan, bukan saja untuk orang dewasa, tetapi anak-anak di abad ke-21 ini. Gaya hidup yang telah berbeda, bahkan cenderung konsumtif, membuat kebutuhan akan uang menjadi hebat dan sangat luar biasa. 

Meskipun untuk sekelas anak-anak sendiri, katakanlah anak-anak sekolah dasar (SD) maupun sekolah menengah pertama (SMP), sudah tidak lagi dapat lepas dari apa yang dinamakan kebutuhan akan uang.

Menjadi anak-anak, memang yang dibutuhukan mereka saat ini bukan saja uang jajan disekolah atau jajan dirumah sehabis pulang sekolah.

Namun dengan berbagai kemuajuan teknologi yang menjangkit semua kalangan termasuk anak-anak, merupakan akar dari permasalahannya sendiri bawasannya: "pengguanaan teknologi sendiri membutuhkan uang dan teknologi kini saat ini dikonsumsi anak-anak".

Seperti smart phone yang  sudah menjadi hal lumrah sebagai barang digunakan anak-anak. Bukankah untuk mengoperasikan smart phone mereka untuk kebutuhan akses internet sendiri, membutuhkan uang untuk beli kuota?

Ditambah dengan asyiknya anak-anak untuk bermain game, dimana jika game tersebut online yang secara otomatis membutuhkan kuota, apakah anak-anak mampu beli kuota yang tidak murah tanpa bantuan uang dari orang tua-nya sendiri?

Jika memang orang tuanya tidak mampu memenuhi semua kebutuhan itu, mungkinkah hal yang asyik dari bermain game online tidak merangsang mereka "anak-anak" mengambil jalan tengah mencari solusi supaya tetap main game online?

Dan tentang jalan tengah itu, mengambil uang tanpa sepengetahuan orang tuanya sendiri? Ketika memang uang dari orang tuanya sudah tidak ada ditempat bisa mereka meletakan uang, mungkinkah tidak berpotensi mengambil apapun yang bernilai di rumah tetangganya sendiri?

Inilah fenomena baru tersebut. Memang tradisi ambil-mengambil apa yang bukan miliknya sendiri sudah menjadi akar dari berbagai kasus pencurian akan uang maupun barang, yang dibutuhkan dan mengandung nilai tersebut untuk dipertukarkan. 

Tetapi mengapa justru saat ini disebuah desa terpencil sekalipun malah justru kasus pencurian banyak melibatkan anak-anak? Atau dengan perampokan-perampokan itu, mengapa kini sasarannya adalah anak-anak?

Anak-anak sebagai subyek kejahatan

sumber gambar: hukumonline.com
sumber gambar: hukumonline.com
Terus terang melihat bagaimana anak-anak menjadi target perampokan di jalan saja sudah mencengangkan batin, bagaimana keselamatan anak-anak kita nanti? Memang lebih mudah merampok mereka "anak-anak" karena secara kekuatan sendiri anak-anak masih lemah.

"Uang saku tidak seberapa, dan smartphone yang digenggam anak-anak adalah biang dari tergiurnya para perampok untuk melancarkan aksinya terhadap anak-anak saat ini".

Namun dilain sisi, justru malah membuat suatu tanparan baru untuk kita para orang dewasa, anak-anak justu ikut juga menjadi pelaku kejahatan kini.

Seakan tidak masuk akal memang, tetapi dengan anak-anak yang sudah membutuhkan banyak uang untuk memenuhi kebutuhan ingin mereka, apa mau dikata dengan berbagai kejahatan yang mereka buat?

Kuota internet yang harus mereka beli, jajan dengan biaya mahal, juga yang harus mereka bayar, mungkinkah tidak akan merubah pola disaat orang tua tidak dapat mencukupinya?

Mereka "anak-anak" belum dapat bekerja, mereka juga masih dalam perlindungan hukum dan orang tua. Tetapi kebutuhan ingin di abad ke-21 terus mengubah mereka "anak-anak".

Bahkan jika tidak ada perhatian lebih terhadap mereka, mungkin kejahatan melibatkan anak-anak akan terus berlangsung dimasa yang akan datang lebih keras lagi.

"Cerita nyata sore itu disebuah desa ; keponakan bercerita kepada saya, yang baru menginjak kelas tujuh sekolah menengah pertama; teman-teman mereka banyak terlibat kasus pencurian uang, emas, bahakan smart phone milik temannya sendiri".

Tetapi cerita keponakan; kasus mencuri uang sendiri di rumah tetangga dan juga mencuri emas sama di rumah tetangga juga.

Mereka menggunakan modus, kapan kelengahan atau perginya sang pemilik rumah dengan bermain disekitar rumah targetnya tersebut, dan itu ilakukan bukan oleh satu anak tetapi tiga hingga empat anak.

Kasus seperti ini merupakan suatu lompatan zaman itu sendiri, dibalik jaman-jaman sebelumnya memang; kebanyakan anak-anak hanya berani mencuri uang orang tuanya sendiri. 

Memang tindakan apapun termasuk segala bentuk pencurian itu sangat tidak dibenarkan. Terlebih yang menjadi pelaku tersebut masih tergolong anak-anak.

Tentu kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pada orang tua mereka, tidak pula sepenuhnya kepada anak-anak yang terlibat kejahatan tersebut.

Mungkin zaman telah mengajari mereka berbuat demikian untuk pemenuhan kebutuhan keinginan anak-anak, yang terkadang justru melebihi keinginan orang dewasa  saat ini.

Namun sebagai orang tua yang tidak mudah dijaman abad ke-21, salah satunya jalan adalah mendidik anak-anak kita untuk tidak terlalu bergantung kepada uang, meskipun kita sanggup mencukupi kebutuhan mereka dengan uang yang kita miliki.

Sebab imbas dari anak-anak ynag mempunyai ketergantungan kepada uang untuk kebutuhan ingin mereka bukan hanya akan nekad mencuri misalnya; tetapi akan mengundang kejahatan-kejahatan yang lebih dari itu, ketika memang hasrat akan uang tidak dipenuhi orang tua mereka sendiri.

Mendidik anak di abad ke-21 sepertinya memang harus mengajari mereka "anak-anak" untuk tidak bergantung kepada uang, supaya pemikiran dan prilaku mereka tetap sehat sebagai anak-anak itu sendiri.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun