Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Filosofi Seni Tari Kuda Lumping

27 November 2019   21:57 Diperbarui: 24 Desember 2019   05:09 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perang Jawa melawan VOC Belanda yang dipimpi oleh Pangeran Diponegoro, atau mungkin lebih jauh dari itu merujuk pada zaman-zaman dimana peradaban yang belum begitu maju di dunia, peperangan dan dominasi pasukan berkuda membawa senjata, jelas Kuda Lumping adalah wujud dari perjuangan-perjuangan seorang prajurit perang yang harus bersemangat dengan kuda dan pedang sebagai senjatanya.

Dimana jiwa-jiwa mereka dibentuk dalam keberanian, perang dengan segenap batin untuk berkorban demi terwujudnya cita-cita mempertahankan tanah air, yang mereka anggap sebagai tempat hidup mereka yang harus terkuasi oleh anggota mereka sendiri untuk sebuah kesejahteraan bersama.

Oleh karenanya dalam seni atau tradisi yang membudaya diwariskan leluhur. Tentu disini terdapat nilai-nilai yang harus kita gali walapun itu sesuatu yang terlihat sangat sederhana.

Bentuk tari memang sederhana atau tradisi-tradisi lain misalnya, tetapi dalam membangun itu, mungkinkah leluhur tanpa maksud, hanya sebagai mengisi cara hidup untuk tidak berada dalam kebosanan hidup tersebut?

Jelas tidak hanya untuk mengisi cara hidup saja nilai tradisi dari kebudayaan itu dilahirkan, leluhur pasti punya maksud, dan ketika maksud itu tidak sempat disampaikan mereka, bukankah sebagai manusia yang terwarisi itu sendiri, dituntut mencari apa sebenarnya nilai dari pelajaran warisan budaya tersebut?

Inilah, memang tidak pernah salah kebudayaan sebagai bentuk hiburan, karena memang dasar dari adanya budaya adalah untuk mengisi kehidupan manusia.

Namun yang harus lebih dipahami dari hanya sekedar menjadi hiburan itu sendiri,. Kebudayaan tetap punya nilai, dan jika kita mau mengagali nilai-nilainya, ia "kebudayaan" bukan saja akan bernilai tetapi memberi nilai pada kehidupan manusia secara tidak disadari sebelumnya. Karena jelas didalam kebudayaan terdapat filsafat sebagai dasar kehidupan.

Begitupun nilai filosofis dari Kuda Lumping, ia merupakan tari dimana, semangat, perjuangan, kebaikan dan pembelaan terhadap kemanusiaan itu dimulai, bukan hanya dari praktik saja tetapi juga dari batin (spiritual) manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun