Dan bagiamana menumbuhkan fatner-fatner diskusi tersebut, bukan hanya harus dibangun, minat pada sesuatu haruslah menjadi lantaran, bawasannya kita "manusia" harus berkumpul bersama berbicara tentang minat yang sama pula pada akhirnya.Â
Katankalah sebagai contoh; "ketika kita mempunyai kesadaran kemanusiaan, sesuatu yang dapat memenuhi harapan kita dalam berdiskusi pasti tentang kemanuisaan. Dan tentang para penulis yang ingin menulisnnya sebagai bahan dari baktinya pada pengetahuan akan kemanusiaan, diskusi tentang kemanusiaan bagi seorang penulis adalah penting dan dibutuhkan.Â
Karena pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan bukan hanya akan menjadi ilham dalam menulis itu sendiri, tetapi juga sebagai jawaban subyektif kita dalam menanggapi opini-opini dari mereka.
Menjadi penulis itu sendiri, bukan hanya ia hidup didunia nyata saja. Hidup dalam dua dunia merupakan hidup yang harus dijalani sebagai penulis. Memang semua orang dapat menulis, tetapi dengan ide-ide kedalaman itu, apakah semua orang bisa menanggapinya dengan bijaksana untuk ditulis?Â
Tentu merupakan sesuatu yang berat  untuk memulai, tetapi dengan berbagai obrolan (diskusi) pertanyaan itu, kita "para penulis" dapat memulainya untuk bukan saja dibagi tetapi diabadikan sebagai ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia-manusia masa depan.
Gagasan Plato tentang dunia ide dan realitas, mungkin obrolan (diskusi) adalah dunia ide itu, dan dunia realitas merupakan dunia yang melantarinya berbagi ide-ide yang ada.Â
Oleh karena itu jika manusia hidup didunia ide, penyajian pertanyaan pada realitas bukan saja harus disikusikan, tetapi kita para penulis dengan ide, membutuhkan diskusi mendalam berbagi realitasnya dari "nyata" dijalani sebagai cara hidup manusia-manusia disana.
Untuk kita jadikan sebagai karya dalam dunia ide-ide kita yang bukan saja akan dipelajari hari ini, tetapi dipelajari untuk esok bahkan jika relevan, bisa dipelajari lintas abad terhitung saat ini.Â
Bukankah pengelihatan kita diujung beranda para penerbit sana, buku Nietzche, Schopenhauer, Satre menjadi karya yang dipamerkan, tentu karena sudah relevan dengan zaman?Â
Inilah bakti itu, diskusi bukan hanya dengan orang lain, tetapi juga berdiskusi dengan diri, bagaimanakah kita harus hidup? Kau bisa gali dirimu dan orang disekitarmu dengan diskusi. Â Â