Namun inilah yang nyata diinginkan tetapi tidak ada. Dalam bayangannya sendiri; "hidup masing-masing itu hanya akan menyisakan ruang kosong pertanyaan pada akhirnya"; apakah benar kesendirian ini? Mungkinkah dengan orang lain tidak akan menjadikan suatu problema-problema baru?Â
Yang tersisa dari kapal tenggelam menurut; Â "Arthur Schopenhauer" yang akan musnah dan hilang, akankah tidak ada pikiran terbesit; jika hilang setidaknya ada orang yang tahu hilang karena apa hidup kita?
Dengan sedikit mengais-kais renungan yang ada, "sandaran hidup akan suatu pengangan-angan manusia; bukan hanya akan menjadi penting tetapi sangat menentukan bagimana kehidupan akan mempengaruhi mental (kejiwaan) pada akhirnya. Apapun suatu bentuk itu, tidak hanya akan menumbuhkan ruang kosong yang berarti, tetapi juga ruang kosong yang ingin diisi berikutnya.
Tentang mencari energi daya hidup tersebut; sudahkan kita bertanya pada setiap apa yang menjadi kekurangan manusia? Yang terlalu lelah pada apa yang tidak diinginkannya sebagai manusia itu sendiri? Akankah ia akan terbangun setiap harinya untuk memulai dengan hari dan semangat tentang kemurnian untuk terus menjadi manusia yang baru?
Bentuk menjawab semua ruang-ruang kosong itu; pelarian kepada Bir (alkohol), tulisan, dan permintaan dalam bentuk doa-doa disana; apakah akan bermanfaat bagi dirinya yang kosong tersebut?Â
Tentu aku ingin membenarkan itu, ada manfaat yang didapat tetapi; ia tidak dapat permanen melainkan hanya sementara dimana; "hanya menyembuhkan sedikit beban-beban psikologisnya tersebut yang akhirnya pertanyaan dan pelarian itu tidak akan selesai dan terus dilakukan sebagai upaya menjawab ruang-ruang kosongnya tersebut.
Budhisme disana dengan berbagai mimbar akan setiap pengetahuannya; secara filosofis melarikan diri secara sementara pada ritual-ritual terapi tersebut seperti doa dan bir misalnya; "tetap tidak dapat membebaskan manusia pada penderitaan-penderitaannya".Â
Tumbuh seperti melahirkan pertanyaan itu, apakah bisa dipandang sebagai kebenaran ketika: sikap mengendalikan diri dan melepaskan semua hal yang dapat mengikat manusia tersebut dapat membuat energi daya hidup manusia tidak membutuhakan terlalu banyak dibanding; "mereka yang mengikatkan dirinya masing-masing pada kemelekatan terhadap sesuatu yang ada diluar dirinya tersebut seperti; orang lain yang terkadang mereka "manusia" butuhkan sebagai jawaban dari berbagai pertanyaan-pertanyaan narasinya tersebut?
Kembali lagi untuk diulang tentang hidup manusia yang terikat secara alamiah dengan berbagai keinginan dan setiap dari harapan-harapannya tersebut sebagai manusia.Â
Mungkinkah dengan ikatan tersebut bukan tidak mungkin: " hidup adalah energi-energi tersebut yang manusia butuhkan sebagai daya hidup itu sendiri? Mencari daya hidup sama halnya menentang hidup yang sebenarnya; karena sebelumnya "hidup" sudah mencapai sintensis dengan energi hidup itu sendiri sebagai manusia.
Yang perlu untuk dipertanyakan lagi, mungkinkah adalah suatu ganjalan itu? Melimpahkan energi dan menyerap energi seperti  yang harus manusia jalani dalam mencari pencarian untuk mengisi hidupnya sendiri?Â