Memang ini suatu bentuk tulisan-tulisan yang rancu, yang sebenarnya hanya obyek mencari sumber-sumber energi itu, yang harus terluapkan pada: "supaya manusia tidak memendamnya sebagai penyakit yang harus mereka rasakan sebagai kegonjangan baik anak batin maupun anak dari pemikiran-pemikiran mereka sendiri yang justru membelenggunya sebagai manusia.
**
Memang tidak ada yang lebih melelahkan dari menjadi manusia, suasana hati, dan terkadang berharap bahagia: tetapi apakah kebahagiaan itu benar ada, sedangkan disisi lain derita sebagai manusia benar nyata juga adanya? Aku memang tidak tahu bagaimana wanita-wanita disana menyembuhkan dirinya sendiri.Â
Apakah hanya suasana hati yang baik yang dapat menyembuhkan segalanya baik gejolak mental maupun gejolak pemikiran manusia: dimana banyak orang-orang sebut sebagai setitik dari cerah akan kebahagiaan yang manusia tuju dalam menanggapi berbagai fenomena-fenomena tentang diri dan kehidupannya ?
Dalam sebuah kumpulan "quote" Arthur Schopenhauer salah satunya  mengatakan;
"Pria tidak pernah bahagia, tetapi menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengejar sesuatu yang menurutnya akan begitu; dia jarang mencari tujuannya dan ketika dia melakukannya, ia hanya untuk kecewa; dia sebagaian besar karam pada akhirnya, dan datang ke pelabuhan dengan tiang dan tali-temali yang hilang. Dan kemudian itu semua adalah apakah dia bahagia atau sengsara; karena hidupnya tidak lebih dari sekarang yang selalu lenyap; dan sekarang sudah berakhir".Â
Sebuah deskripsi dari tidak pernah bahagianya seorang pria, tetapi apa dasar dari "Arthur Schopenhauer" mengatakan itu? berbagai tulisan tentang kepesimisan rasanya memang apa yang dipandang: jika sebagai pesimis itu? Tentang diri yang terus berputar pada pemikirannya, mungkinkah menjadi yang akan berlalu pada akhirnya, lari-lari sebagai sebuah jawaban karena hidup memang tidak dapat se-bahagia yang mereka kejar dan harapkan sebagai ganjaran dari hidup itu sendiri?
Pelabuhan-pelabuhan yang berjejer besar bersandar di pinggir-pinggir lautan sana, mungkinkah pada akhirnya menjadi sandaran kapan akan diikat dan disadari bahwa: dalam hidup ini manusia memang butuh bersandar dan menyandarkan diri pada apa yang disebut pegangan meskipun; "ia sendiri ingin bebas namun karena kebebasannya tersebut tetap juga menderita akhrinya; mereka pula mengikatkan diri pada tali yang sama-sama membuat tidak bahagia"?Â
Manusia dan berbagai apa yang dirasakan oleh batin, mungkinkah hanya akan menjadi pertanyaan besar pada akhirnya menanggapi berbagai apapun yang mendera hidupnya? Berbagai harapan disana; mungkinkah hanya akan menjadi harapan pada akhirnya? Ketakutan dan keengganan untuk tidak merasakan susah pada akhirnya. Itulah diri manusia yang sesungguhnya; ketika mereka sendiri: mereka menyandarkan pada apa yang mereka sebut dengan dapat mengisi kekurangan akan kesendiriannya itu.
"Tetapi kesendirian bukanlah hanya akan menjadi bayang-bayang pertanyaan pada dirinya sendiri; lelah dan tetap hasrat yang mengukuhkan sebagai kekurangan yang ada di di dalam pikirannya sendiri. Ibarat dia berjalan dijalan yang "ia" sendiri sudah tahu jalannya, tetapi; manusia! Kembali lagi pada sandaran-sandaran yang harus mereka dapatkan untuk saling mengutuhkan satu dengan lainnya".
Diri yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri, bahkan mencari-cari sendiri energi dalam hidup itu, "rasanya bukan saja akan menjadi jejak yang sungguh diinginkan manusia", tetapi juga diinginkan hidup itu sendiri agar saling tidak tergantung dan bergantung dengan yang lain-lainnya tersebut.