Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ndaru" Mitologi Jawa sebagai Pertanda Pemimpin yang Terpilih

15 Juni 2019   08:39 Diperbarui: 28 Juni 2021   08:27 2884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Ndaru" Mitologi Jawa sebagai Pertanda Pemimpin yang Terpilih | Sumber: Kompas.com

ilustrasi diambil dari msn.com
ilustrasi diambil dari msn.com

Dengan adanya pengetahuan warga desa akan ndaru sendiri, saya ingin menjabarkan juga untuk pengetahuan, "setidaknya untuk diri saya sendiri". Jika anda mau tahu juga, ya mari, sama-sama berpikir untuk sama-sama sebagai pengetahuan kita semua.

Mungkin konteks ndaru dalam Pilpres saya tidak pernah mendengar. Lagian pula, Indonesia terlalu besar untuk hal-hal gaib menyangkut tanda yang dapat menjadi legenda perbincangan warga Desa saya.

Saya kira benang merah akan analisa Pilpres atau Pilkades mempunyai caranya sendiri. Jika pilkades analisanya untuk pengetahuannya sendiri melalui ndaru, pilpres saya kira dengan mengunakan trah-trah garis kepemimpinan raja-raja nusantara kuno yang berdiam di tanah Jawa sebagai pusat politik dulu di nusantara.

Baca juga: Ndaru dan Wahyu Keprabon

Untuk tidak gagal paham sendiri, saya juga pernah membahasnya, melihat pilpres dari sisi mitologi Jawa (kebudayaan), sebelum Pilpres dimulai. Mungkin tidak semua pembaca membacanya disini, karena artikel tersebut tidak masuk artikel utama, atau terpopuler.

Artikel ini penting, seperti judulnya, "Mitologi Jawa, Bagaimana memandang Pilpres? Karena pentingnya aritkel ini sebagai isi dari pembahasan, penulis sarankan untuk membacanya, berikut link nya ;

kompasiana.com/komitel

Pada intinya tradisi kepemimpinan masyarakat Jawa (nusantara) itu dapat di lihat dari sisi trah atau garis keturunan. Ini hanya pengetahuan saja, kembali lagi boleh percaya, boleh tidak. Leluhur kami memandang tanah Jawa bagian Kulon (barat) dan manusianya merupakan Ibu, dimana ia tempat mencari penghidupan 'materi" dan memberi petuah ilmu Filosofi hidup.

Berbeda dengan tanah di jawa bagian timur, merupakan Bapak atau Rama dalam istilah bahasa Jawa. Dimana tanah dan manusianya sebagai Bapak, yang mengatur keputusan dalam rumah tangga (politik), juga mencari ilmu pendidikan dunia.

Maka tidak heran jika dari sana, "tanah jawa bagian timur" melahirkan raja-raja Jawa atau Nusantara yang masyur pada jamannya. Tentu juga dalam hal ini "mencari pendidikan dunia", Kota yogyakarta sebagai kota budaya Jawa dan banyak Universitas disana, tempat mencari ilmu pendidikan dunia "sekolah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun