Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Imaji dan Realitas Hidup

21 Mei 2019   21:19 Diperbarui: 28 Mei 2019   03:21 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Seorang bertanya, seperti apa caranya menebus kesalahan itu? Orang depan spiker menjawab, Ia menjawab; kata tulisan kuno, "seorang jika ingin menebus kesalahan, masuklah kedalam ruang di mana, ada kesepakatan untuk, "sama-sama mereka percayai".

Jika mereka anggap, sumur yang ia percaya sebagai penebus itu sendiri? Masuklah beramai-ramai kedalam sumur itu. Tidak lama, kemudian dengan modal kepercayaan, seorang itu masuk sumur, tanpa berpikir tentang, baik dan buruk yang di dapat dirinya, dan dampak apa yang akan di rasakannya.

Ia begitu saja mempercayainya, tanpa ada hal yang menganjalnya, seperti sikap skepitisme yang secara alamiah manusia punya. Seorang yang masuk ruang "sumur", hanya sedikit menyadari tentang bagaimana tidak peduli siapa pun yang menghalangi.

Lalu mereka bergeming, "mereka saja masih mempertanyakan benar atau tidak? Masuk kedalam sumur karena irasionalitasnya tulisan kuno itu.  Ah, mungkin, "peduli setan", yang penting omonganku dipercaya.

Sudahlah, biar saja mereka menikmati popularitas dan dibayar itu. Mereka dielu-elukan bak, "pahlawan" kebenaran tentang apa yang menjadi kepercayaan bersama itu. Aku tidak mau peduli, benar, aku tidak mau peduli. Hidup membawa diri kita masing-masing.

"Mereka berkata pada banyak orang, "mari bersama merenung, supaya yang masuk sumur ditempatkan di tempat terindah yang, dihuni para bidadari bisa juga ditiduri". Apakah ketika mati, kita membawa materi? Termasuk juga tubuh yang renta semakin menua ini?

Bukankah tubuh hanya akan menjadi tanah dan tulang belulang? Sebagai pajangan di tanah kuburan? Orang waras merasa bahwa, yang masuk "sumur" mati dengan sia-sia tanpa bertanya. Seharusnya mati manusia tidaklah se- sia-sia itu. Karena hidup tidak hanya bermain dengan "untuk percaya-percaya saja".

Tetapi, materi ini seakan membuktikan bahwa; ia tidak di bawa ke alam sana, dan akan terus mengendap di alam bumi, yang terhitung rancu ini. Bukan hanya itu, orang waras pun menjadi terheran-heran, ketika, semakin banyak orang-orang masuk sumur, malah semakin banyak dan marak terjadi.

Manusia yang katanya, "waras" bergeming, fenomena apa ini? Tidakah, mereka biasa saja memandang kehidupan dengan perspektif lain? Tidak selamanya yang menurut umum taat, pinter menghafal tulisan kuno, dan rajin ketempat berkumpulnya "pahala", bahkan yang jidatnya menghitam sekalipun, adalah orang yang mencintai kebijaksanaan secara universal.

Aku memang tidak bijaksana, apa lagi pinter? Tidak! Aku hanya orang yang mencintai sikap "membrontak", pada tatanan hidup justru, membuat berat diriku sendiri untuk, menjalani hidup sebagai aku itu sendiri.

Aku tidak suka dikekang, aku juga tidak suka sebagai penurut, dan aku tidak suka jika, kebebasanku tersandra oleh kepentingan, bahkan "ekonomi yang justru membelenggu nasib manusia kini".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun