Satu hal yang menjadi kelebihan prodak teknologi China, yaitu harganya yang murah, kualitas lumayan. Maka dari itu tidak heran jika negara berkembang berbondong-bodong berkiblat kepada prodak China untuk keberlangsungan usahanya mereka. Smart phone sudah merambah, Vendor perangkat jaringan Telekomunikasi hampir mereka "prodak china" kuasai. Terbaru adalah mobil yang sudah hadir di jalanan berbagai negara berkembang seperti Indonesia.
Tetapi saya tidak akan membahas prodak-prodak yang lain dari China selain dari bidang Telekomunikasi. Karena di bidang Telekomunikasi inilah yang ditentang oleh pemeeintah Amerika Serikat. Benar, faktor keamanan negara menjadi hal, tentu dipertimbangkam oleh Amerika dan sekutunya.Â
Saya mengira lebih jauh dari itu, mungkin keamanan adalah dalih dari kalahnya dalam persaingan prodak, baik Eropa atau Amerika sekalipun terhadap prodak Telekomunikasi China. Menjadi sebuah pijakan, saya akan melihat negara berkembang dari perspektif Indonesia yang "sudah bergantung dengan prodak China".
Memang masifnya ekspansi prodak China "Huwaei" dalam bidang Telekomunikasi mutakhir sangatalah mengesankan. Saya berani berpendapat bahwa; ia "huawai" sudah mampu menggeser pemain lama dalam bidang Telkomunikasi, baik Nokia maupun Ericsoon di Indonesia bahkan belahan negara berkembang lainnya.
Setahu saya, sebagai: bukan orang sehari dua hari bekerja di bidang telekomunikasi paham betul, bagaimana Huawei mulai menggeser Vendor perangkat telekomunikasi dari Eropa. Saya ingat sewaktu saya masih bekerja di Jakarta dulu sekitar tahun 2009 lalu.
Kabarnya huawai mau Investasi dengan biaya murah kepada provaider di Indonesia. Seketika itu, daerah Jabodetabek yang di dominasi oleh perangkat Nokia sebagai vendor dari salah satu perusahaan Plat merah, "Telkomsel" secara besar-besaran di ganti dengan prodak Huawei.
Ketika mereka sukses di Jabodetabek, lalu merabah ke daerah seperti Jawa barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kini sebagian besar perangkat telekomunikasi di pulau Jawa khususnya provider palt Merah ini di kuasai oleh Huawai. Terbaru 2018 lalu, Huawei juga menggeser dominasi Nokia di seluruh Bali dan Lombok. Jadi Huawei dalam hal ini sudah menjaring pasar potensial Indonesia dalam hal ini, "Jawa dan Bali juga Lombok" di layanan provider Plat Merah.
Tetapi belum dengan provaider swasta lain, karena di Jawa sendiri XL masih mengunakan perangkat Ericsson, Indosat sebagian Huawei sebagian Nokia, Tri mayoritas di Jawa Huawei kecuali Jawa Timur, terakhir smart frend juga mengunakan teknologi China tetapi bukan Huwai, yaitu ZTE. Secara keseluruhan sendiri Huawei termasuk terkuat dipasar potensial Indonesia sebagai vendor semua provider baik swasta maupun BUMN.
Dalam bisnis apapun, termasuk layanan jaringan Telekomunikasi, bahan baku yang murah bukan saja menguntungakan. Lebih dari itu, bahan baku yang murah juga dapat membuat mampunya bersaing banting harga secara kompetitif dengan provider lainnya. Kita tahu ada berapa provider di Indonesia?
Ada sekitar lima sampai Eman provider jaringan seluler yang  besar dan punya nama. Sangat mungkin ketika harga layanan mahal pelanggan akan berlaih kepada layanan yang lebih murah. Sebagai bukti kuatnya persaingan dalam bisnis telekomunikasi ini, prodak Eksis (PT. Natrindo Telpon Seluler) bangkrut dan di akuisisi oleh XL (PT. XL Axiata)