Bagaimanapun demi pengetahuan, saya harus menuliskan apapun. Independensi dalam menulis merupakan api yang harus saya jaga. Tentu saya pun harus menciptakan identitas nyata dari diri saya sendiri, dan segala tulisan yang akan saya buat. Sebagai ciri seorang penulis, meskipun merongrong orang untuk tahu.Â
Memang saya ingin menelanjangi apa yang menjadi kegelisahan hati dan pikiran saya sebagai manusia abad 21. Karena  bagi saya, mencoba menulis untuk menelanjangi moderitas pada setiap apa yang saya rasakan dalam menjalaninya adalah suatu keharusan berproses sebagai manusia.
Yang sering saya katakan dalam berbagai tulisan yang saya tulis. Saya dalam menulis memang tertarik dengan gaya romantik. Saya menilai gaya menulis romantik ini tidak kaku, lagian masih belum banyak penulis kompasiana yang menggunakan gaya ini dalam analisis kehidupan modern saat ini, baik sosial, budaya juga tatanan politik dan sedikit-sedikit juga mengkritisi manusia teologis.
Meskipun saya menyadari dalam menulis, saya masih banyak kekurangan, seperti sulitnya dipahami secara teks saja. Tetapi tidak lebih, tujuannya adalah untuk pembaca, membaca sambari berpikir lebih dalam tentang apa yang saya maksud. Jika tidak maksud, saya tidak meminta Anda, " pembaca" memahami saya. Jika memang tulisan saya berarti, mungkin akan dipahami manusia masa depan.
Perlu dicatat, saya memang tidak lahir dari intelektual kampus, saya adalah orang jalanan yang mencoba melihat dunia dari sudut pandang sebagai saya, "manusia" mengandalkan intuisi. Menulis pun tanpa gelar sarjana di dalamnya, hanya kesadaran bisa menulis saja, tidak lebih.
Saya pernah merasakan bangku kuliah juga sebenarnya, tetapi kuliah khas anak jalanan yang ingin mengenal dunia kampus saja, tidak lebih. Maka dari itu saya tidak pernah punya gelar akademik.Â
Apapun, terpenting adalah pengalamannya, dan mampukah kita mengambil inti dari sari pengalaman kita sendiri? Bagi saya sebagai manusia jalanan, inilah yang harus setiap manusia gali dalam hidup ini. Berjalan sebagai manusia dengan sentuhan pengalamannya sendiri.
Berangkat dari kesadaran pentingnya uang dalam setiap akomodasi menjalani kehidupan ini membuat saya sadar. Berbisnis dengan apa yang manusia mampu haruslah dijalankan dan tidak dapat di tawar. Mungkin hanya ini bekal bakat alamiah kelahiran manusia ketika ia terlahir terkendala modal untuk hidup.
Sebelumnya saya tidak tertarik untuk mempasarkan tulisan lewat grup-grup di media sosial. Tetapi saya sadar ketika saya bisa menghasilkan uang, inilah bisnis yang realistis bagi saya, lewat tulisan yang dapat saya ciptakan tanpa banyak modal.
Seperti komentar yang pernah saya lontarkan kepada kompasianer yang merajai K-Reward bulan ini bahwa; menulis harus mengunakan dua kaki, dimana satu kaki untuk menyuarakan idealisme, "identitas menulis kita sebagai penulis", kaki lainnya untuk kepentingan kapital mengakomodasi kebutuhan hidup kita, "penulis". Perkara Anda menulis untuk apa, silahkan, Anda menyimpulkan sendiri!