Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyayangi dalam Imajinasi

4 Mei 2019   19:21 Diperbarui: 9 Mei 2019   13:20 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari pixabay.com /sastra-binding-buku-halaman-buku

Waktu berlalu begitu cepat, masih aku menunggu bunga yang indah itu. Sepertinya aku memang tak pernah jenuh apa lagi putus asa untuk berusaha memetiknya. Pernah aku memcoba memetiknya namun, bunga itu belum waktunya mekar, kemudian bunga itu hancur karena ketidaktahuanku akan waktu.

Tetapi sudahlah itu cerita masa lalu dan itu murni salahku. Dan aku pun belajar menguji kesabaranku, selalu menunggu bunga itu. Tidak sedikitpun waktuku terlewat untuk memantau pohon itu. Sudah larut aku menunggu pohon itu tak memberi tanda bahwa akan tumbuh sebuah biji. Aku-pun tak berhenti berusaha, aku ingin bunga itu, sungguh aku tegaskan, aku ingin karena bunga itu terindah d idunia ini.

Aku berikan pupuk, air yang cukup dan segalanya "yang dibutuhkan untuk bagaimana caranya pohon itu berbunga". Tetapi pohon itu belum menunjukan hasil yang positif, dan aku pun lelah berusaha. Terfikir pada renungan hariku, mungkin karna masa laluku sempat menghancurkanya dan yang ada dalam logikaku, aku bukanlah pilihannya untuk menjaga bunganya.

Sungguh aku ingin menjaga bunganya dan aku berani berkorban apapun yang aku punya, karena aku merasa hanya bunga itu yang tepat untuk-ku dan ini bukan pilihanku namun inilah pilihan tuhan untuk-ku, aku yakin hikmahnya pasti sangat indah.

Aku selalu mencoba untuk tidak putus asa, aku pantas mendapatkan bunga itu meski aku tahu, aku bukanlah seorang perawat bunga, Tetapi aku tahu keinginan mengalahkan segalanya. Tidak ada hari tanpa berusaha walaupun itu dari sebuah doa. Aku terus menunggumu dan akan selalu menunggunya sampai tuhan menjawab bunga itu bukan untuk-ku.

Namun bagaimana membawa segenap rasaku ini dihadapanmu? Setiap kali, disaat-saat aku merindu rasanya aku ingin menyapamu. Aku ingin tahu sedang apa kamu disana bersama waktumu. Apakah kau seperti diriku menunggu juga untuk kita saling bertutur sapa didalam hari-hari kita?

Gadis kecilku yang manis bagaimana cara membuat kamu jatuh hati padaku? Apakah sesederhana aku ingin mencintaimu? Tanpa temu, tanpa meyakinkan hati masing-masing dan tanpa syarat yang menghakimi.

Aku rindu perjalanan kita berdua untuk melihat taman-taman yang indah. Taman yang membuat kita layu pada perasaan kita. Mungkinkah kamu akan memberiku kesempatan sekali waktu saja untuk bertemu? Memastikan iya atau bukan aku adalah separuh dirimu?

Gadis kecil yang manis, kamu adalah bunga yang indah. Tiada kumbang yang mampu menolakmu. Mereka juga sama sepertiku memperhatikanmu, menyayangimu dan mengangumimu. Tetapi aku hanyalah aku gadis manis, tanpa janji, tanpa limpahan materi, dan ketika aku tua hanya akan menjadi petani.

Kamu bunga yang layak untuk siapapun. Ketanguhan hidupmu dan semangat pantang menyerah dirimu. Kamu layak mendapat apa yang kamu inginkan termasuk seseorang yang akan kamu cintai. Tetaplah dengan pengelihatan yang ingin kamu gapai dalam hidupmu.

Tak apa jika kamu tidak melihatku dalam bayanganmu. Kenyataan akan membawa dengan sendirinya diriku. Aku akan terhempas hilang dibawa cahaya bulan. Hanya ungkapan syukur kepada semesta, aku dapat mengenal ketangguhan pribadi sepertimu. Tetaplah berjalan kedepan gadis kecil yang manis, mimpimu akan tetap indah, walau ada atau tidaknya diriku.

Untuk itu, sekiranya cincin murah dari perak akan menjadi saksi nyatanya imajinasiku ini. Akan aku berikan padamu waktu partama bertemu,"ketika kamu menyambut aku sama persis seperti sejuta visiku untukmu".

Tetapi rasa malumu dan ketidaksiapanmu bertemu membuat aku bertanya lagi pada diriku. Apakah terlalu mudah diriku membuat keputusan itu untuk selamanya mencintaimu? Cukupkah cinta terbangun hanya sekedar saling menyapa di maya tanpa pernah bertemu muka dan saling mengenal lebih jauh antara keduanya?

Sepertinya aku memang harus lebih sadar besarnya mimpimu. Menyelami tanda keramahanmu. Mungkin keramahanmu padaku sama, "seperti kamu ramah dengan semua orang yang mengenalmu". Tetapi maafkanlah aku, keluguanku dan kelancanganku dengan mudahnya mencintaimu.

Tentang keluguanku, aku mengira keputusan cinta adalah sesuatu yang sederhana. Ketika ketertarikan sama-sama ada, semua dapat terjadi sederhana. Jika salah satu masih meninggalkan mimpi bersama, kita sama-sama berjuang menyelsaikan mimpi-mimpi itu. Atau jika ada sesuatu yang belum cukup? Kita dapat mencukupkan itu bersama-sama jua.

Saat kamu ingin melayang lebih tinggi sendiri, aku salah menilai keramahanmu. Begitupan kamu, salah meletakan keramahan pada orang yang hanya berpikir sederhana, orang yang sudah selsai dengan dirinya yaitu "aku".

Jika masih ingin kamu kejar mimpimu, kejarlah ia. Mungkin benar salah satu persepsi bahwa kesempatan menggapai mimpi hanya sekali. Tetapi kamu pun harus ingat, ungkapan tentang masih banyak jalan menuju roma. Bila memang kamu ingin fokus, acuhkanlah aku, dan cincin perakku ini. Biarkalah ini menjadi perkaraku, untuk siapa lagi cincin murah ini akan coba aku berikan.

Aku tidak mungkin bisa memanah angin yang hanya bisa terasa. Begitupun, aku juga tidak bisa menahan matahari yang sedang menyinari bumi dengan panasnya. Mereka adalah mereka dengan keberadaannya sendiri dan aku adalah aku bersama keberadaanku.

Segala kuasa akan kehidupan kita ada pada diri kita masing-masing. Hanya rasa kasih yang bisa mempertemukan jalan kita suatu saat nanti. Aku memang menyayangi dirimu seperti aku menyayangi diriku sendiri. Sedikitkpun aku tak mau menghacurkanmu seperti aku tak ingin menghancurkan hidupku.

Manusia berada di dunia karena kebaikan, aku tahu kamu adalah orang baik. Tetapi aku sadar, untuk menyadari kebaikan didalam diri kita, kita harus belajar dan menemukannya. Sepertinya aku belum menemukan hal yang baik dalam diriku. Begitupun hal baik dalam dirimu, aku-pun belum juga menemukannya. Aku selalu peduli akan dirimu seperti aku peduli pada diriku sendiri.

Setiap saat aku mengingatkanmu, itu untuk juga aku mengingatkan diriku. Belajarlah kamu demi kehidupanmu seperti aku belajar untuk kehidupanku juga. Namun kamu juga harus tahu, aku menyayangimu dan mencintaimu bukan berarti harus memilikimu. Siapa yang tidak berhasrat untuk memiliki apa yang dia sayangi dan kasihi? Semua juga menginginkannya tidak hanya aku.

Tetapi kamu adalah kebebasan bagi dirimu sendiri sama seperti aku bebas menentukan diriku, "termasuk memilih menyayangimu dalam imajinasiku". Dari dalam diriku, aku hanyalah makluk kecil dari yang besar, tidak kuasa memaksakan kehendak semauku sendiri.

Kini aku akan bertanya lagi pada malam, maukah kamu bersama kita mengindahkan kehidupan yang sudah indah ini? Kita menghiasi langit-langit, sebagai bintang dalam gelapnya hari-hari kita dan menjadi angan bagi masa depan kita bersama. Jika kamu layang-layang yang terbang tinggi, aku ingin menjadi benangmu. Untuk kamu bawa aku dalam kehidupanmu. Karena "tidak akan menjadi layang-layang yang indah ketika tidak ada benang untuk menerbangkannya".

Tetapi bagaimana caranya aku bisa melukis kata indah untukmu? Hay, kau yang ada dalam kegaiban imajinasi? Apakah kau juga mencari diriku? Sungai yang mengalir bawalah aku kedalam dunianya. Aku ingin melukiskan dunia denganmu. Karena hanya seni yang dapat menciptakan surga. Aku ingin menciptakannya, bersamamu!

Sudah, waktu sudahlah aku tunggu. Tetapi waktu seakan terlampau jemu, sampai kapankah aku akan menunggu? Seperti langit yang tidak akan hujan malam ini. Hawanya begitu panas seperti akan datang kehancuran. Rasanya jauh kedalam aku untuk memulainya. Merintis pada sisa dingin setelah hujan turun.

Terlelaplah engkau kehancuran. Janganlah engkau hinggap pada diriku. Yang ingin memulai, sampai kapan engakau hanya berharap? Kapan engakau menemukan? Kapan juga engkau memulai kembali lagi? Hanya rancangan yang aku geloran untuk engkau. Tinggi rendahnya seakan menjadi terlampaui. Aku ingin terbang bersama Bidadari berwujud dalam engkau yang manis.

Kabut ditengah awan, bawalah jiwaku pergi mengunjungi lingkaran jiwanya. Aku ingin berlari dipematang sawah yang indah untuk memulai kisah baru denganmu. Menyusuri sudut-sudut saung-saung yang sengaja dibuat para petani dipinggir sawah. Indah dan menyembuhkan jiwa yang lelah dengan dirinya sendiri.

Aku ingin beristirahat denganmu. Lalu aku bercerita tentang kekuatan yang harus terus kita bangun. Tentang alunan nada yang terang disana. Aku akan membawamu kedalam mimpi-mimpiku. Membuatmu ada selalu dalam imaji-imajiku. Untuk aku bawa dalam tidurku yang indah dan membahagiakan. Aku ingin terbang kesana, dibalik bilik bambu yang terlihat segar itu.

Gadis yang gaib, apakah aku disini sadar dengan dirimu yang juga menungguku? Aku terlalu lelah untuk menunggumu. Tidak ada harapan, tidak ada untaian kata indah yang lahir dari kantum otakku. Rasa yang sampai dalam tulang. Tenanglah hati, tenanglah pikiran, waktu akan datang pada akhirnya nanti. Sabar, jadilah untuk sabar! Kau penyejuk hati, sudikah engkau menungguku? Manisnya parasmu dalam imajinasiku. Cukupkah engkau dengan diriku yang sunyi dan sepi ini?

Hidup hanya ada dalam sangkar yang penuh dengan harap-mengharap. Aku terpendam rasa maluku sendiri. Aku ingin dibangkitkan, dipercaya, bahwa akulah seorang hebat itu. Ulung dalam menaklukan kehidupan. Terlena, aku terlena dengan pikirku malam ini. Tetap aku mendambakan kegaiban yang gelap. Masih rancu, sebenarnya aku menunggu apa? Siapa? Apakah hanya menunggu untuk akhir dalam hidup? Aku juga ingin berkarya dengan bangga.

Karya dengan seorang anak yang menyerupai cahaya. Ia berlari-lari di depan rumah. Menunggu kedatanganku sampai dia tertidur lelap. Bangun tidur namaku yang dipanggil, bapak-bapak! Aku menunggunya, anak manis dan tampan yang bijaksana. Aku berharap hubungan kita dapat menciptakannya.

Harus kau tahu, setiap hubungan di design oleh pikiran kita sendiri. Terkadang ketika kita akan memulai hubungan dengan seseorang yang lain, pikiran kita mengakses beberapa kemungkinan-kemungkinan negativisme dan positivisme tentang lawan hubungan kita.

Cerita film ini memvisualisasikan bahwa sebenarnya pikiran kita menghalangi jalinan hubungan dengan seseorang. Adanya agen-agen penelitian ilmiah menyelinap masuk kedalam rumah kedua pemeran utama dan mengirimkan hasil pikiran negatif pasanganya sendiri yang direkam kemudian saling dibagikan diantara keduanya.

Dengan meletakan pikiran mereka ketika akan memulai berhubungan dengan seseorang yang lain. Kemungkinan besar hubungan itu akan selamanya. Berbeda jika mereka masih terpenjara oleh pikiran-pikirannya sendiri, kehancuran dan kegagalan akan terjadi. Karna dari setiap masing-masingnya harus sudah menyadari kepribadian sebelumnya karna cinta manusia adalah sesuatu yang implusif.

Diakhir cerita ketika saling menyadari berhubungan terpenting adalah menerima dan ketika bertengkar melupakan pikiran masa lalunya. Hasilnya mereka akan terus berhubungan baik selamanya. Mereka memilih pribadinya, bukan memilih apa yang menjadi kekurangan dan kelebihannya.

Cinta seperti bukan dari dalam diri tetapi dari sesuatu yang ada di luar diri. Kekuatan cinta adalah mencintai subyek lainnya tanpa melihat ego dari diri sendiri. Seharusnya dengan cinta kita bisa berkomitmen lebih baik terhadap orang yang ingin kita cintai.

Jika tidak? Raihlah cintamu itu dengan "menyayangi dalam imajinasi" mencintai dari diri dan untuk diri. Agar tidak ada lagi tanya dalam kelembutan cinta yang dapat saja kau produksi dari dalam dirimu sendiri. Kebebasan dari mencintai, oleh karenanya kau juga harus menemukan yang bebas dari seseorang yang akan mencintaimu seperti engakau akan bebaskan cintamu untuk siapapun itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun