Menjadi suatu keunikan tersendiri bagaimana dalam setiap pengeboman yang terjadi di negara demam atas teologisasi seperti Srilangka (Indonesia termasuk).
Dari banyak kasus yang terjadi, mereka menyerang sesama teologi yang berkembang di Barat. Apakah ini menjadi suatu sistem politik mitologis yang berlangsung secara turun temurun di Barat yang merambah dunia saat ini? Saya mengira ini benar terjadi, rata-rata kasus pengeboman berlatar belakang antara sesama corak teologi Barat.
Saya sendiri berpendapat bahwa teologi dalam banyak kasus merupakan simpanan dari unsur-unsur politik, di mana pola saling mempengaruhi menjadi motif utama dalam menyuburkan teologis. Menciptakan negara dalam identistas keyakinan yang sama, ekonomi yang sama dan tatanan masyarakat yang sama. Menjadi pengkajian atas nama historis yang patut untuk ditelusuri dan diruntut dari akarnya?
Perang atas nama ekspansi politik, cakupan wilayah, dan pengaruh terhadap masyarakat sering terjadi di barat. Masih berlangsung narasi pepeperangan antara palestina dan israel, di mana bukan hanya bumbu politis didalamnya tetapi juga bumbu teologi yang menciptakan simpati dunia internasional. Sebetulanya "teologi" mereka terbentuk atas dasar rahim yang sama. Untuk itu teologi di politiskan dan politis di teologikan.
Sedangkan peristiwa terbesar perang atas nama teologi yaitu "perang saliab" bukan hanya sebagai perang atas nama teologi tetapi cakupan wilayah atas dominasi politik barat. Mungkin doktrin-doktrin mereka para teroris berkedok telogisme karena sejarah berangkat dari kekuasaan perebutan wilayah dulu. Dimana teologi menciptakan narasi mitologi yang agung sebagai identitas misalnya.
Oleh karena itu narasi suatu identitas harus dipagari bahwa yang keluar dari identitas teologi tersebut adalah kafir. Belum lagi akan regulasi menikah haram bagi mereka yang beda sisi teologismenya.
Tentu narasi ini dijadikan pagar untuk memperkuat mereka pemegang kuasa dalam teologi. Dimana kehilangan satu manusia yang percaya habis pada teologi sebagai pengurangan aset yang nyata pada kekuasaan politik.
Upaya kekerasan yang terjadi atas nama teologi satu dengan teologi lainnya di Barat, saya mengira tetap pada propaganda-propaganda yang dijadikan dalil ayat untuk memperangi musuh. Tidak lain inilah akar dari kekerasaan atas nama teologi banyak terjadi dan dilakukan oleh teologis yang berkembang di Barat.
Sangat jarang kebencian yang mengarah pada kekerasan radikal kelompok ekstrimis teologis kepada ajaran teologi Timur. Menurut saya, Untuk kasus Rohingnya di Myanmar sendiri bukan atas nama teologis tetapi atas nama ras masyoritas Myanmar bagaimana tanah itu harus dikuasi Ras mereka. Tetapi karena ranah politik satu kesatuan dengan teologi, mayoritas ajaran teologis disana pun dilibatkan oleh kekuasaan Ras politik. Maka dari itu tidak jarang media berbasis teologis mengungkapakan ini sebagai kejahatan atas teologi.
Dalam perkembangan antara teologi dan politik tentu bukan hanya di Myanmar. Hampir seluruh negara di dunia dengan corak dominan teologi menggunakan cara ini termasuk Indonesia.
Pertentangan politik kolonialisme Belanda yang terjadi di Indonesia sendiri dibalut dengan teologi. Kita dapat melihat bagaimana Cut Nyak Dien dan Teunku Umar menjadikan jihad dalam perang menentang Belanda. Ideologi jihat sendiri lahir dari rahim teologis tertentu bahkan setiap bentuk teologis menciptakan ini.