Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berwirausaha Bukan Sekadar Punya Modal "Uang"?

25 April 2019   21:12 Diperbarui: 26 April 2019   08:22 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mengarungi hidup, sudah pasti ada ingatan yang melekat pada diri kita. Tidak terkecuali pengalaman ketika kita kuliah dulu. "Harapan memandang masa depan yang indah, berdiskusi tentang arah hidup dan mengisi profesi yang menjanjikan pada saat kita sudah lulus kuliah".

Terus terang, bagi saya lingkungan kampus adalah lingkungan paling indah untuk kita membicarakan mimpi. Meskipun apa yang dipelajarkan tidak semua mengendap dalam pikiran. Namun harapan kita sebagai seorang intelektual, setidaknya untuk bekal diri sendiri kita hidup "sudah punya dan dapat dipertarungkan pada kenyataan yang semakin kompleks di setiap lini kehidupannya".

Tetapi bersama dengan mimpi-mimpi itu, yang sexy dalam ingatan dan pikiran kita, saat menjadi mahasiswa adalah "sebagai wirausahawan". Tawaran kesejahteraan, kebebasan bekerja dan membangun usaha sendiri (berdikari) menjadi hal yang paling menggiurkan dalam khazanah berpikir mahasiswa.

Sebagai mahasiswa Teknik kala itu, sama sekali tidak ada satu mata kuliah pun yang mengedap dalam pikiran. Dahulu saya diajari bagaimana membuat web, pemrograman data base dan lain-lain. Uniknya jika sekarang saya membuat lagi, menjadi sesuatu yang mustahil untuk bisa. Mungkin karena tidak tertariknya saya dengan Teknik. Saya menganggap untuk faham teknik dibutuhkan jiwa yang memang menyukai teknik itu sendiri. Jika kita mencintainya hanya sebatas untuk mudahnya mencari pekerjaan "ya sebatas itu".

Upaya mengembangkan, membuat, dan lain sebagainya pada inovasi Teknik membutuhakan keuletan, bahkan mencintai dunia teknik itu sendiri. Itulah kelebihan yang tidak saya miliki. 

Bukan berarti saya tidak punya ingatan yang membekas ketika saya menempuh pendidikan kala itu. Bagi saya materi pelajaran paling menarik adalah kewirausahaan. Mengapa? Karena dibalik kita harus dapat menciptakan produk yang diperjual-belikan, opsi lain dalam tugas kukiah-pun menjadi tawaran yang menarik pengetahuan bagi saya.

Tawaran itu adalah study banding. Kala itu kami studi banding di daerah Gombong, Kebumen, Jawa Tengah yang lokasinya tidak begitu jauh dari kampus kami. Menarik, karena dalam study banding itu, kami dapat bertanya-tanya pada pelaku bisnis yang sudah mapan dan sukses.

Adalah PT Catur Putra Sakti Perkasa tempat Study banding kami. Pofil singkat, PT. Catur Putra Sakti Perkasa berawal dari perusahaan percetakan yang dirintis tahun 1969 dengan nama CV Grafika Karya yang berada di kota Gombong, Jawa Tengah. Pada tahun 1982 didirikan Grafika Hotel & Restoran di kota Gombong, Jawa Tengah. 

Cabang Grafika Group kemudian berkembang dan tersebar di pulau Jawa dan Bali. Pada tahun 1997 didirikan Soka Indah di Tabanan Bali, dilanjutkan Terminal Wisata Grafika Cikole di kota Bandung pada tahun 2006. Unit usaha Grafika Terus berkembang hingga mencapai 12 lokasi.

PT Catur Putra Sakti Perkasa berdiri pada tanggal 24 Oktober tahun 2011 bergerak di bidang Hospitality dan Jasa Management dan saat ini mengelola 12 unit bisnis. PT Catur Putra Sakti Perkasa berfokus penerapan manajemen kualitas di setiap sub bisnis unit, peningkatan kemampuan management serta pengembangan sumber daya manusia. Kami berupaya untuk terus mengembangkan perusahaan dan unit usaha untuk menjadi "leading" hospitality company di Indonesia.

Unit usaha PT Catur Putra Sakti Perkasa terdiri dari 12 lokasi usaha yang terletak di kota-kota di Indonesia antara lain Bandung, Gombong,Yogyakarta, Banyuwangi, Tabanan dan Denpasar Bal. Adapun unit-unit usaha ini bergerak dalam bidang :
* Penginapan (hotel, pondok wisata, bungalow, camping area)
* Kuliner (restoran, catering, rumah makan)
* Outbound
* Percetakan
* Konsultan Pendidikan.

Diskusi Dengan Pemilik Grafika Grup
Pada waktu kami berdiskusi dengan pemilik grafika grup ada satu pelajaran yang sangat penting dalam mengarungi kehidupan. Bukan hanya semesta wacana wira usaha tetapi bagaimana hidup itu berarti untuk manusia lain. 

Pemilik sekaligus pendiri Grafika Grup Kuswintoro atau biasa dipanggl Bung Lim. Beliau bercerita memulai berwirausaha sejak tahun 1969, berawal dari percetakan dan tahun 1982 beliau mengembangkan bisnisnya disektor perhotelan di wilayah Gombong, Kebumen, Jawa tengah. Seperti yang dapat dilihat dalam profil perusahaan itu sendiri, ekspansi binisnya dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Bukan hanya dari dalam wilayah lokal kebumen sendiri, tetepi sudah merambah pada tingkat nasional.

Beliau "bung lim" seorang keturunan Tionghoa yang tinggal di Jawa Tengah tepatnya di Kota Gombong, Kebumen. Menurut saya beliau merupakan pengusaha yang sukses. Acara Studi Banding inipun di buka oleh moderator yang kebetulan juga Dosen mata Kuliah kewirausahaan bapak Ir. Joko Susilo M.M .

Setelah pembukaan berupa sambutan dari Moderator dan Bung Lim, kami rekan mahasiswa dipersilahkan untuk memulai berdisuksi dan menyampaikan pertanyaan- pertanyaan yang ingin dipertanyakan. Konsep study banding ini memang berbetuk diskusi, dimana pengetahuan teori dalam kelas dapat dipertanyakan secara langsung dalam praktek kewirausahaan itu sendiri. Saya berkali-kali melontarkan pertanyaan yang sebelumnya sudah saya susun. Diskusi kami begitu hikmat. Saya begitu menikmati karena saya tidak berpikir sebelumnya, ternyata acara ini dihadiri sang pemilk Hotel, Percetakan dan Restoran Grafika Grup bapak Kuswintoro alias Bung lim.

Saya tidak mau melewatkan kesempatan ini, beliau sudah tua tetapi semangatnya muda kembali ketika melihat kami, itulah kata sambutan yang paling saya ingat. Pernyataan beliau menjadi motivasi kami untuk lebih bersemangat lagi menimba ilmu kewirausahaan pada beliau. Satu demi satu pertanyaan kami lontarkan dan beliau menjawab begitu santai sambil merokok pertanda keakraban.

Saya mencoba mengingat-ingat kembali jawaban dari Pak Kuswintoro ketika kami mengajukan pertanyaan. Kebetulan pelaksanaan study banding sendiri dilaksanakan tahun 2016, ketika saya masih kuliah semester lima. Saya masih menyimpan petikan pertanyaan waktu study banding tetapi pertanyaan teman-teman tidak ada di file saya.

Kurang lebih inilah pertanyaan yang saya buat, dan saya akan mecoba mengingat kembali jawaban dari Pak Kuswintoro selaku pemilik Grafika Grup;

Tanya; "Kami tahu, Dari sekian banyak usaha bisnis mengapa bapak memilih untuk berusaha bisnis restoran, Percetakan dan Hotel? Alasan dasarnya seperti apa? Berapa jauh sisi prospektif dari bisnis Resto, Percetakan dan Hotel yang bapak jalankan? Sudahkah bisnis bapak yang dijalankan sejak tahun 1982 menjawab harapan-harapan bapak"?

Jawab; Tentu sudah, dengan tren positif perusahaan yang terus meningkat, bahkan ekspasi yang sudah me-nasional sebagai bukti. Alasan membuat percetakan sendiri karena semakin majunya dunia pendidikan sekolah-sekolah banyak berdiri di kabupaten kebumen. 

Percetakan sebagai "bisnis" pada waktu itu belum ada, jadi ini adalah peluang. Seorang pengusaha harus jeli dalam menangkap peluang". Bisnis Restoran dan Hotel juga karena adanya peluang" kedepan gombong akan ramai kerena dilalui jalan nasional.

"Teori Kimbal dan Kombal membahas tentang penentuan lokasi kedudukan usaha, salah satu poin dari teori itu, suatu tempat usaha harus dekat dengan bahan dan pasar. Saya membayangkan keadaan dimana waktu itu saya belum dilahirkan. Imaji saya mengatakan keadaan Kota Gombong sangat jauh dari kondisi sekarang. Pada waktu itu Hal -- hal apa saja yang bapak yakini bisa sukses menjalankan usaha di gombong"?

Jawab; Inilah dek, selain sebagai wirausahawan harus jeli menangkap peluang juga harus pandai membaca masa depan. Saya berpikir begini, semakin ekonomi maju, semakin orang punya uang. Nah, disitu kita bangun bisnis, lagi-lagi, bisnis saya ini hotel yang terintegrasi dengan restoran yang pertama kali ada di Gombong.

"Sekarang ini banyak usaha sejenis dengan usaha yang bapak jalankan, kompetitor bapak tidak hanya mengedepankan kemiringan harga tetapi juga kekhasan dalam melayani. Kami tahu grafika grup adalah pemain lama dalam bisnis ini. Apa reaksi bapak dalam menanggapi fenomena ini? Strategi apa saja yang bapak jalankan untuk berlangsungnya eksistensi usaha bisnis yang bapak jalankan"?

Jawab; Dalam berbisnis kita tidak menggap adanya kompetitor. Sebab, ketika ekonomi lesu, bisnis akan mengalami hal yang sama. Maka dari itu kita anggap mereka bukan kompetitor tapi bagian dari keluarga bisnis itu sendiri. Perkara kemiringan harga, biarlah pasar yang menciptakannya sendiri. Tidak mungkin semua jenis kalangan pelanggan kita tampung ke tempat kita. Warung atau restoran disekitar kita diluar sana juga butuh untuk hidup. Intinya kita tidak menciptakan kompetitor tetapi sama-sama berbagi dalam menjalankan bisnis.

"Aspek ekonomi sangat menentukan dunia usaha. Kami tahu pada saat ekonomi lesu banyak para pengusaha mem'phk para pegawainya untuk efisiensi perusahaan. Keadaan ini telihat dari industri Otomotif, Textile dan industri-industri lainya yang memberlakukan sistem seperti itu. Seberapa besarkah dampak ekonomi yang lesu pada usaha bapak? Dan Juga yang menjadi pertanyaan kami adakah strategi khusus untuk menghadapi keadaan ekonomi yang sedang lesu"?

Jawab; Strategi khusus tidak ada, kami hanya berupaya dalam menjaga relasi bisnis. Resesi ekonomi tahun 1998 juga dapat kami lewati dengan kerja sama baik para kariyawan dan semua elemen terkait. 

Perkara kariyawan sendiri sudah kami anggap keluarga disini. Begini dek, mengapa banyak kariyawan yang sampai usia tua kami pertahankan? Ya itu, dalam menjalankan perusahaan kami akan memberi yang terbaik bagi kariyawan, sama seperti kariyawan loyal dalam memajukan perusahaan ini "intinya kebaikan harus dibalas dengan kebaikan".

"Dari era ke era terjadi sebuah perubahan. Perubahan-perubahan tidak hanya terjadi pada masyarakat tetapi terjadi juga pada dunia usaha. Di dalam masyarakat kita dihadapkan pada masyarakat ekonomi asean, menurut kami diadakannya MEA ini bertujuan untuk kompetitifnya masyarakat dan dunia usaha dikawasan asean itu sendiri. Bagaimana respon grafika grup menghadapi MEA? Setelah MEA ini berlaku adakah perubahan visi dan misi grafika grup? Jika ada perubahan mengapa bapak melakukan perubahan itu"?

Jawab: Untuk visi dan misi dalam perubahan tren bisnis dan segala macamnya, meneger yang tahu. Tetapi untuk visi dan misi saya kira tetap komitmen kita sama.

Visi dan misi grafika grup; Visi: Menggali lebih banyak potensi wisata di Indonesia agar wisatawan baik lokal maupun wisatawan asing memperoleh lebih banyak informasi mengenai keanekaragaman budaya dan tradisi di Indonesia yang belum dan sudah dieksplorasi. Misi: Memberikan pelayanan terbaik dengan keramahan dan kehangatan layaknya keluarga kepada semua tamu wisata Grafika Group yang datang ke setiap unit usaha yang tersebar di Indonesia.

"Peningkatan volume kendaraan pada saat long week end, hari besar keagamaan dan lain sebagainya dijalur selatan merupakan peluang untuk usaha bapak. Konsep menejemen promosi seperti apa yang grafika bangun untuk menarik para pemudik dari luar kota untuk singgah dan menikmati sesuatu yang grafika tawarkan"?

Jawab: Sedari dulu kami pelaku bisnis yang mengutamakan relasi, dalam hal ini promosi bisnis ini dan itu kurang kami galakan, karena apa? Kami membangun pelayanan dan kualitas dari bisnis kami. Sederhana saja "ketika mereka puas dengan berbagai fasilitas yang kami berikan, tanpa promosi bisnis, ia akan kembali lagi". Itulah strategi yang kami jalankan, menjaga keterpercayaan pelanggan.

Satu, dua jam berlalu kami sudah berdiskusi panjang lebar. Kalau dijabarkan bahkan diskusi mengarah pada sistem politik dan karakter bangsa Indonesia kini yang sedang mengalami krisis identitas. Menurut beliau seseorang harus mengenal dirinya sendiri, siapa itu sebenarnya dirinya. Saya ingat tradisi filsafat timur yang berkembang di Korea dan Jepang tradisi filsafat ini disebut Zen. Menurut saya tradisi Zen juga tidak jauh berbeda dengan filsafat kong hu cu.

Kebijaksanaan zen menyuruh penganutnya untuk mengenali dirinya sendiri. Dari pemaparan beliau, beliau juga mengikuti perkembangan politik yang sedang berlangsung. Beliau juga dulu aktif ber-politik. Keaktifan itu diwujudkan dengan tergabungnya beliau kedalam salah satu organisasi partai politik besar yang ada.

Kami bertanya tentang teori-teori yang kami pelajari. Tetapi tidak semua pertanyaan dari kami beliau jawab, beliau hanya menegaskan yang intinya bahwa, berwirausaha tidak sekedar teori tetapi harus cerdas dalam praktiknya mengambil peluang di masa depan. Jika ada pertanyaan mengenai hal teknis dalam menejemen di jawab oleh General Manager Grafika Grup cabang Gombong yang kebetulan pada saat itu ikut berpartisipasi dalam acara ini.

Setelah kami kehabisan bahan pertanyaan beliau balik bertanya pada kami. Beliau bertanya pada kami "langakah yang seperti apa yang harus ditempuh seseorang untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain? bisa mensejahterakan orang lain ? dan menjadi panutan bagi orang lain?. Bagi beliau kekayaan harta bukanlah segalanya, apa artinya kaya jika tidak bisa bermanfaat bagi orang lain.

Filsafat jawa mengenai gotong royongpun disinggungya, meskipun leluhur beliau bukan orang Jawa. "Hidup ini kebersamaan; tegas beliau. Dari begitu banyak aliran filsafat, saya juga belajar filsafat Jawa. Dimana disebutkan tadi seseorang harus mengenal dirinya sendiri. Saya pun menjawab pertanyaan beliau, menurut pandangan saya selaku orang jawa, hidup itu harus priatin (ulet, tekun, dsb). Beliau menjawab ya betul, namun itu hanya setengahnya saja.

Saya berpikir yang setengah lagi itu apa? Setelah teman-teman juga tidak bisa menjawab pertanyaan itu beliau pun menjawab setengahanya, menurutnya "hidup itu harus berjuang, baginya hidup adalah perjuangan- perjuangan itu sendiri". Dari jawaban beliau saya teringat filsafat Tiongkok yang memang "perubahan adalah suatu hal yang mutlak untuk diperjuangkan bagi manusia". Hidup adalah perubahan-perubahan itu.

Saya bisa menyimpulkan bahwa hidup ini memang harus prihatin dan berjuang untuk menjadi lebih baik dan juga cerdas dalam memandang masa depan. Perpaduan filsafat Tiongkok, Jawa dan Tradisi Zen Korea dan Jepang, dilengkapi rasionalitas dari filsafat barat yang saya temukan pada diskusi kemarin.

Pertanyaan terakhir dari saya mengenai karkter apa saja yang harus dipunyai seorang wirausaha, beliaupun belum bisa menjawabnya. "Beliau masih mencari karakter itu, beliau hanya mengatakan entah mengapa usahanya selalu mendapatkan kemudahan". Saya menjabarkan ini sebagai kekuatan intuisi dan bakat dari seseorang.

Sebagai penutup beliau mengatakan "sesepuh itu tidak mengajarkan ilmu, sesepuh hanya bisa mengajarkan filsafat hidup". Ternyata dugaan saya benar, disikusi ini memadukan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.

Menurut analisa saya berwirausaha merupakan sebuah bakat yang harus dikembangkan. Inilah tesis yang saya temukan.

Ilmu tanpa bakat adalah sesuatu yang berkontradiksi. Tanpa bakat yang didasari ilmu semua akan sia-sia. Maka kenalilah dirimu sendiri. Jika ingin berwirausaha, Jadilah pribadi sebagai pengusaha yang tercerahkan dan berkesadaran. Dengan itu, tidak hanya sebagai orang yang bermanfaat bagi orang lain, tapi membantu juga kehidupan orang lain untuk mensejahterakan kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun