Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kekolotan Manusia sebagai Abnormal

23 April 2019   19:35 Diperbarui: 24 April 2019   08:37 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari pemalanggadget.blogspot.com

Memang kolot itu buta. Kau harus bisa meminimalisir kekolotanmu menjadi daya lebih waspada bahkan ingat terhadap semuanya. Mencoba memintari jaman memang sulit. Daya kreatif dan produktifitasmu sudah pasti kalah dengan teknologi termuktahir. Pengetahuanmu juga akan lebih sedikit dari server pencari informasi di internet.

Untuk itu bertahan pada zaman ini tidak perlulah sepintar keyakinan dan kepercayaan pada setiap doktrin kebaikan. Kau hanya perlu waspada untuk menyelamatkan hidupmu sendiri.

Ketika kau selamat kau juga akan menyelamatkan orang-orang disekitarmu minimal "kau tidak akan membuat mereka lebih susah lagi menangapi hidupnya sendiri". Sadarlah hidup mereka itu tidak gampang, sudahlah memberikan beban lebih terhadap mereka.

Kini penderitaannya datang, kekolotannya memaksa untuk tetap mengharap adanya imbalan balik karna salah dalam tindakannya itu. Mengharap-harap namun akan kecewa juga, bagi saya tidak ada imbalan apapun dari segala bentuk keyakinan apapun. Namun realitas dapat menjawabnya untuk tidak melakukan hal yang sama, kecerobohan yang sama dan kekolotan yang sama.

Jika dipikir dan direnungi lebih jauh jaman ini adalah jaman dimana percaya terhadap sesuatu itu harus cepat untuk dibantah. Setiap peradaban selalu menseleksi apa yang tidak sesuai dengannya. Jaman kini tidak ada kebaikan yang dijamin, siapapun tidak ada yang menjamin. Bahkan hukum kepercayaanpun tidak akan menjamin setiap tidakan tafsiran kebaikan.

Waktu sudah tidak akan bisa diputar kembali. Penderitaanya kini adalah pembelajaran bagainya. Meskipun tidak boleh muluk-muluk mengahrap apapun dalam hidup ini, menafsir pengalaman akan tetap ada harganya.

Dewasa ini kebaikan dan keburukan bermuka sama. Secara langsung manusia tidak bisa membedakan hal itu. Orang-orang sedang pintar-pintarnya merancang cara bertahan hidup semudah mungkin dan secepat mungkin kaya meskipun dengan cara yang keji. Waspada sangatlah perlu, ingat pada baik dan buruk yang selalu mengintai di depan. Dapat terjadi ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, menjadi manusia abnormal bisa terjadi.

Tentu  ada suatu hal tersebut yang mendasari mengapa seseorang berprilaku abnormal. Perilaku abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi yang tidak sesuai dengan situasinya. Perilaku abnormal terdiri dari dua kata yaitu perilaku dan abnormal, Perilaku menurut kamus bahasa Indonesia adalah tingkah laku seorang manusia/ sikap seorang manusia, sedangkan Abnormal dapat didefinisikan sebagai hal yang jarang terjadi (seperti kidal) atau penyimpangan dari kondisi rata-rata (seperti tinggi badan yang ekstrem).

Setiap manusia mempunyai prilaku abnormalnya sendiri-sendiri, dimana kesadaran diri individu merupakan hal yang menentukan seperti apa prilaku abnormalitasnya. Ada beberapa faktor yang mendasari prilaku abnormal. Menurut hemat saya prilaku abnormal terjadi karena adanya kesalahan dalam mendidik dilingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang saya maksud adalah metode pengajaran yang turun-temurun secara berkelanjutan dan lemahnya evaluasi dampak akan metode pembelajaran itu. Kesadaran mendidik dalam keluarga sangatlah diperlukan sehingga tidak ada prilaku turunan dari para leluhur.

Saya menduga anak seorang maling tetap menjadi maling itu bukanlah faktor gen, saya menduga itu faktor pengajaran dari keluarga yang diturunkan.

Salah satu cara mengurangi prilaku abnormal yang disebabkan oleh lingkungan keluarga yaitu dengan memahami metode pengajaran yang diturunkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun